Showing posts with label KHUTBAH. Show all posts
Showing posts with label KHUTBAH. Show all posts

Sunday, July 12, 2020

Khutbah Jumat : Al-Quran sebagai pedoman hidup

Assalamualaikum teman-teman kumpulan tulisan 25. Khutbah Jumat adalah salah satu momen penting dalam ibadah Islam yang dijalani oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia setiap pekan. Dalam khutbah ini, seorang khatib berbicara kepada jamaah, memberikan nasihat, pemikiran, dan pandangan yang mendalam tentang berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek penting yang sering ditekankan dalam khutbah Jumat adalah pentingnya Al-Quran sebagai pedoman hidup. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, bukan hanya bacaan ritual, tetapi juga sebuah petunjuk yang melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia. Khutbah Jumat ini akan mengulas betapa Al-Quran dapat menjadi panduan berharga dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan inspirasi serta arahan dalam menghadapi berbagai tantangan yang kita hadapi.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia, petunjuk ke jalan yang benar. Di dalamnya terdapat berbagai tuntunan hidup, baik tuntunan beribadah, bekerja, berkeluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

Al-Qur'an juga merupakan pembimbing umat manusia menuju kententeraman hidup yang hakiki dan abadi, baik di dunia maupun di akhirat. Di dalamnya terdapat pelita-pelita yang menerangi mereka yang mencari ketenteraman hakiki itu.

Orang-orang yang mau membuka cakrawala akalnya, mempelajari dan mengkaji tuntunan hidup itu, serta menerapkan dalam kehidupannya, pasti mereka akan memperoleh jaminan dari Allah SWT, yakni jaminan hidup yang aman dan damai serta jaminan ketenteraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki dan abadi. Mereka juga akan mampu memecahkan segala problema hidup, baik problema pribadi, keluarga, masyarakat, maupun problema bangsa karena mereka berada pada petunjuk Al-Qur'an dan rahmat Allah SWT.

Dalam hal petunjuk jalan, Allah SWT berfirman,

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amai saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (al-isra: 9).

Kaum musimin rahimakumulah.

Akan tetapi dalam kenyataan hidup di dunia ini ternyata masih banyak orang yang enggan mempelajari dan mengkaji Al-Quran sehingga mereka buta terhadap Al-Qur'an. Yang demikian dapat kita lihat dalam kchidupan kita sehari-hari, banyak orang yang mengenal Al-Qur'an, tetapi tidak pernah tergerak hatinya untuk mempelajari dan mendalaminya, bahkan masih banyak yang antipati dan membencinya. 

Banyak orang mengaku muslim, tetapi ketika ditanya tentang kandungan Al-Qur'an, mereka tidak tahu sama sekali Akibatnya, mereka menjalani hidup ini tanpa petunjuk atau penerang Al-Qur'an. Ia bagaikan orang yang berjalan di kegelapan malam tidak jelas mana jalan, mana jurang, sehingga dalam berjalannya terkadang menabrak rambu-rambu, membentur pagar dan bahkan masuk ke dalam jurang. Maka wajarlah jika dalam hidup ini mereka selalu menghadapi ancaman, kegelisahan, dan penderitaan tidak pernah mendapati kedamaian dan kebahagiaan hidup yang hakiki.

Hal itu dapat terjadi dikarenakan hal-hal berikut. Pertama, mereka terlena oleh hiruk pikuk kehidupan dunia. Yang demikian karena mereka terlalu cinta terhadap kehidupan dunia sehingga lupa akan kehidupan akhirat, mereka lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi dan mereka lebih mementingkan kebutuhan jasmani daripada kebutuhan rohani. Akhirnya, mereka udak pernah sempat berusaha memenuhi kebutuhan rohani, yakni dengan mempelajari dan mengkaji Al-Quran.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Secara lahir kehidupan duniawi memang tampak memberikan kenikmatan dan kesenangan jasmani, namun orang tidak pernah menyadari bahwa kenikmatan dan kesenangan itu tidak akan bertahan lama dan tidak akan memberikan kepuasan yang hakiki. Setinggi gunung mana pun harta yang kita miliki, namun ia akan meninggalkan kita di penghujung umur kita. Bahkan, sering terjadi harta meninggalkan kita terlebih dahulu, jauh sebelum maut menjemput kita. Cukup banyak pula orang yang ketika berada di puncak kekayaannya, justru menderita dan gelisah karena ternyata ia tidak menemukan apa yang mereka cari, yaitu kebahagiaan sejati. Karena itu, Allah SWT menganjurkan umat manusia agar membuka cakrawala akalnya, mempelajari dan mengkaji Al-Qur'an, schingga mereka dapat menemukan hakikat hidup yang sebenarnya dan hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika mereka telah menemukan hal itu tentu mereka tidak akan pernah melupakan kebutuhan rohani dan kehidupan ukhrawi, betapapun padatnya hiruk pikuk kehidupan duniawi. Maka marilah kita berusaha meluangkan waktu untuk mempelajari dan mendalami Al-Qur'an, jangan sampai terlena oleh kesibukan duniawi. Kita berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah kita akan dapat merasakan hakikat kebahagiaan yang sebenarnya. Dalam hal hakikat hidup, Allah SWT berfirman,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَأَبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan), binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik(surga)"(Ali Imran :14)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menyebabkan orang-orang tidak sempat atau enggan mendalami Al-Qur'an ialah karena mempelajari Al-Quran dianggap tidak langsung memberi keuntungan materi. Hajat hidup mereka hanya ingin segera mendapat keuntungan materi. Akhirnya, kehidupan materilah yang selalu dikejarnya.

Seseorang yang dalam hidupnya hanya menghajatkan kebutuhan materi atau duniawi maka segala sesuatu yang tidak langsung menguntungkannya secara materi dicampakkannya begitu saja, padahal dalam diri manusia ada dua unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur kasar dan unsur halus atau unsur jasmani dan unsur rohani. Dua unsur itu sama-sama membutuhkan makanan atau kesenangan. Meskipun kesenangan rohani tidak menguntungkan kesenangan jasmani secara langsung, tetapi dampaknya (pengaruhnya) sangat besar terhadap kesenangan Jasmani. Kesenangan jasmani akan rusak bila kesenangan rohani tidak dipenuhi. Demikian pula kesenangan rohani akan hilang bila kebutuhan jasmani tidak dipenuhi sama sekali. Salah satu kesenangan rohani itu adalah memperdalam Al-Qur'an.

Karena itu, marilah kita penuhi kebutuhan rohani dengan memperdalam AI-Qur'an, karena dengan terpenuhinya kebutuhan rohani itu maka kelak kesenangan jasmani akan terjamin serta kesejahteran hidup duniawi dan ukhrawi akan terjamin pula.

Dalam hal kesenangan rohani ini, Allah SWT berfirman,

"Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (an-Nahl : 97)

Amal saleh dalam ayat itu merupakan bagian dari kandungan Al-Qur'an, dan ia merupakan kesenangan rohani.

Kaum muslimin rahimakumuilah

Sebab ketiga yang menjadikan orang-orang tidak mendalami Al-Qur'an ialah karena tidak mengetahui bahwa Al-Qur'an merupakan obat serta sebagai pelipu lara.

Banyak orang menjadi sehat rohaninya dikarenakan Al-Quran senantiasa menjadi obatnya. Kesehatan rohani itu berpengaruh besar terhadap kesehatan jasmani. Demikian pula, banyak orang terhibur hatinya ketika menghadapi ujian hidup dikarenakan Al-Quran senantiasa menjanjikannya dengan balasan kenikmatan yang lebih besar dan lebih baik di kemudian hari.

Marilah kita pelajari Kitab Allah secara mendalam dan kita amalkan dalam praktik kehidupan agar kesehatan rohani kita senantiasa terjaga, terutama terjaga dari penyakit kekufuran. Demikian pula agar hati senantiasa terhibur dalam menghadapi berbagai cobaan.

Dalam hal obat ini, Allah SWT berfirman,

"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berimam." (Yunus: 57).

Kaum uslimin rahimaamullah,

Sebab keempat yang menjadikan orang tidak mau mendalam Al-Qur'an ialah karena terpaku olch apa yang datang dari nenek moyang dan belum tahu betapa unggulnya Al-Qur'an daripada ajaran nenek moyang dan kitab-kitab lain.

Hal ini dikarenakan begitu kuatnya pengaruh ajaran nenek moyang sehingga mereka sangat sulit melepakan diri dari pengaruh itu, padahal sudah cukup banyak bukti bahwa Al-Quran memberi tuntunan yang jelas dan sesuai dengan fitrah manusia sendiri.

Unsuk itu, marilah kita gali Al-Quran serta kita bandingkan dengan ajaran nenek moyang dan kitab-kitab lain agar kita dapat menemukan betapa unggulnya Al-Quran di antara ajaran yang lain.

Dalam hal fitrah, Allah SWT berfirman,

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (ar-Rum: 30)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapatlah disimpulkan: pertama, Al-Qur'an merupakan pedoman hidup manusia yang paling jelas dan benar. kedua, dengan pedoman Al-Quran maka manusia akan hidup damai dan sejahtera, dunia dan akhirat.

Sebagai penutup, marilah kita menggali Al-Qur'an serta kita amalkan dalam kehidupan kita, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kedamaian dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat Amin.

Thursday, April 30, 2020

Khutbah Jumat : Mensiasati Musibah

Sidang jum’ah rahimakumullah…

KHUTBAH JUM'AT PILIHAN - Bila tiba-tiba kaki terantuk batu, pernahkah keluar dari mulut kita selain keluhan atau bahkan umpatan? Mampukah dengan kesadaran tinggi ‘justru’ kita lafadzkan Alhamdulillah? Tidakkah kita sadari bahwa pada pertemuan antara kaki dan batu itu meskipun terasa sakit terdapat kandungan hikmah?

Di samping kesenangan-kesenangan, kehidupan juga menawarkan hal-hal yang tidak kita senangi. Penyakit, kcbodohan, gelisah, kesedihan, kemiskinan, gundah dan krisis moneter adalah hal yang tidak disenangi manusia. Dalam kamus Al-Munjid, segala yang tidak disenangi disebut musibah. Berbagai bentuk musibah selalu mengundang untuk mengutuknya. Serta merta kita menyalahkan batu yang membuat kita tersandung.

Tapi, benarkah musibah hanya bermakna kesengsaraan dan bencana? Tidak adakah butiran hikmah di dalam gumpalan musibah, sebagaimana kilauan emas juga tersembunyi di dalam bumi? Marilah mencoba melihat musibah dari jarak dekat, kemudian menelusurinya.

Asy-Syarif Al-Abbasy (504 H) dengan sangat indah mengungkapkan;

Siapa yang menyatu dengan kehendak sang Maha Satu,

sirna darinya buruk sangka…

Telah padu nikmat dan sengsara

Peristiwa dan hikmahnya...

Betapa Syair di atas telah mengajari kita untuk tidak pernah membuat dikhotomi atas peristiwa-peristiwa kehidupan. la adalah mata rantai yang tidak terputus. Saling berhubungan dan terkait satu sama lainnya. Antara nikmat dan sengsara, kaya dan miskin, sedih dan gembira, pintar dan bodoh, bahkan antara sakit dan sehat terdapat hubungan simbiosis mutualisme yang erat. Sama-sama membutuhkan, menguntungkan dan bergantung. Si miskin perlu si kaya, si kaya pun butuh si miskin -setidaknya- agar dianggap kaya. Yang sakit dibantu yang sehat, yang sehat juga berhajat kepada si sakit terutama para dokter yang kelangsungan hidupnya tergantung pada jumlah pasien.

Sidang jum’ah rahimakumullah…

Musibah dan bahagia adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisah. Keduanya selalu ada. Bila manusia berdo'a agar musibah dimusnahkan secara total dari kehidupan, ia pun akan kehilangan kebahagiaan sebab bila musibah tiada, hilanglah makna kebahagiaan. Sebagaimana seorang guru, sebenarnya ia sangat bergantung pada wujud kebodohan murid. Sebab bila para murid sudah sepandai dia, proses mengajar hanyalah menjadi tumpahan garam di tengah air lautan.

Inilah tangga awal untuk memahami keadilan Allah atas hidup kita. Untuk lebih gamblangnya, simaklah hadits diriwayatkan oleh Thobroni R.A. dari Ibnu Abbas R.A. berikut ini;

لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مُسْتَكْمِلِ اْلإِيْمَانِ مِنْ لَمْ يَعُدَّ الْبَلاَيَا بِنِعْمَةَ وَالرَّخَاءَ مُصِيْبَةً ( الحديث)

"Bukan termasuk golongan mukmin yang sempurna bila seorang belum menganggap musibah (bencana) sebagai nikmat, dan kemakmuran sebagai musibah " (Muchtaru al-Ahadits hal.395).

Sikap atas peristiwa peristiwa kehidupan menjadi salah satu indikasi kesempurnaan iman. Kesempurnaan itu tercapai bila sakit, gelisah, miskin, bodoh dan segala bentuk musibah berhasil kita khalifahi dan kita yakini sebagai anak tangga menuju bahagia. Ketika musibah melanda, sadarilah bahwa ia suatu saat akan sirna. Sebaliknya, bila pada waktu tertentu kita berbahagia misalnya dengan kekayaan yang melimpah- bersegeralah eling (sadar) bahwa dinding pemisah antara kekayaan dan kufur sangatlah tipis sehingga kita mudah kehilangan kontrol iman. Tanamkan -secepat mungkin- kesadaran bahwa kekayaan itu musuh dalam selimut yang setiap saat siap menghancurkan kita. Dengan demikian, manusia selalu ingat Allah, apapun keadaannya.

Kita semua harus selalu belajar mensikapi musibah secara dewasa. Saat sakit, sempatkan berfikir bahwa penyakit adalah kendaraan ampunan Allah atas sebagian dosa kita. Atau saat sescorang tiba-tiba membuat kita marah, redamlah emosi untuk menjajaki kemungkinan bahwa Allah sengaja mengutus orang itu untuk menegur kesalahan-kesalahan kita. Hidup harus kita olah sedemikian rupa schingga musibah tetap membuat kita bahagia. Memang tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil.

Salah satu cara untuk sampai ke maqam tersebut adalah dengan menanamkan kesadaran bahwa segala hal yang tidak kita senangi (musibah) adalah semata akibat dari kesalahan kita sendiri. Kebencian orang kepada kita adalah pantulan kebencian kita kepada orang lain. Sikap permusuhan terhadap kita adalah akibat dari perilaku kita yang tidak bersahabat dengan pihak lain.

Maka musibah sebenarnya adalah peringatan bagi kesalahan-kesalahan kita. Baik kesalahan yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa masa lalu kita Maka berbahagialah bila ditimpa musibah sebab Allah berkenan menghapus dosa-dosa itu. Tapi bila musibah datang sebelum kita lakukan dosa apapun, tetaplah berbahagia, sebab Allah tahu akan dosa masa depan yang akan kita lakukan.

Tidak ada tempat bagi manusia untuk menggerutu, dongkol dan apalagi marah atas kejadian kejadian yang menimpanya. Bila manusia tahu maksud (irodah) Allah atas hidupnya, yang terpancar darinya hanyalah syukur, syukur dan syukur. Dalan sebuah hadits qudsyi Allah mengultimatum,

"Barang siapa tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak sabar atas musibah yang Kutimpakan kepadanya, enyahlah dari bumi-Ku dan carilah tuhan selain Aku."

Sidang jum’ah rahimakumullah…

Selain yang telah terungkap di atas, musibah bisa dipahami sebagai ujian (ikhtibar). Bagaimana hal ini bisa kita terima?

Tidak ada kelulusan kecuali setelah ujian terlampaui. Untuk bisa berlari, seorang bayi harus diuji dengan merangkak dan latihan berjalan. Seorang mahasiswa harus diuji kesabaran, keuletan, tekad dan ketekunannya sebelum meraih gelar sarjana. Yang sudah diwisudapun harus tetap menyelesaikan ujian-ujian berikutnya untuk memasuki ujian demi ujian di masyarakat nanti.

Untuk bisa bersemayam ditahap lebih tinggi dari hidupnya, manusia harus diuji dan di gembleng untuk kuat menghadapi goncangan yang lebih berat. Sebagaimana pohon yang semakin tinggi, semakin dasyat diterpa angin. Maka hakekat musibah adalah ujian akhir bagi manusia pada derajat tertentu sebelum ia diperkenankan menikmati derajat baru lebih tinggi.

"Tiada kepayahan, kelelahan, kesusahan, kesedihan, sakit, bahkan derita akibat tertusuk duri kecuali Allah mengampuni sebagian dosa-dosanya karena hal itu."

Islam menuntut manusia menjadi kholifah yang kaafah maksudnya adalah agar manusia mampu menjadi pemimpin yang sanggup mengatur bukan saja alam seisinya tetapi juga terutama mengatur dirinya sendiri. Hal ini karena untuk bisa menjadi kholifah atas alam, manusia harus lebih dulu menundukkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin manusia mengatur kehidupan sedang hidupnya sendiri tidak teratur?

Demikianlah kita harus selalu mengabadikan usaha, agar hidup selalu terasa indah meskipun musibah tidak pernah musnah. Tanamkan kesadaran bahwa Allah Maha Tahu akan kemampuan kita. Sedangkan Dia tidak pernah membebani hambanya diluar kemampuannya.

Thursday, July 25, 2019

Khutbah Jumat : Ramalan Bintang

Kaum muslimin rahimakumullah,

Pada akhir-akhir ini, ramal-meramal nasib baik-buruk seseorang dengan ramalan bintang tampaknya kian marak di masyarakat, khususnya di kalangan anak-anak muda, termasuk juga anak-anak muda muslim.

Dalam hal ini, ramalan bintang ialah ramalan yang didasarkan pada perhitungan zodiak. Menurut perhitungan zodiak, satu tahun ada dua belas bulan dan dibagi kepada dua belas bintang, yang masing-masing bintang itu (katanya) mempunyai pengaruh pada karakteristik dan nasib seseorang, seperti cara berpikirnya, sikapnya, perbuatannya, bahkan kepada nasib buruknya. Dua belas bintang itu ialah bintang Capricornus, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, dan bintang Sagitarius. Seseorang yang lahir pada bulan-bulan tersebut akan mempunyai karakter, sikap, perilaku, dan nasib tertentu yang sesuai dengan ketentuan ramalan bintang tersebut.

Karena seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya pada ramalan bintang, ia tidak lagi percaya kepada ketentuan-ketentuan Allah, kurang berserah diri kepada Allah, dan tidak sepenuhnya menggantungkan nasibnya kepada Allah. Allah berfirman,

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Laun Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (al-Hadid: 22)

Dalam keterangan ayat dan hadist lain dijelaskan bahwa tidak hanya bencana yang telah ditulis Allah, tetapi juga tentang nasib baik dan buruknya.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Orang yang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang dikarenakan hal-hal berikut. Pertama, dia tidak memahami bahwa sesungguhnya Allahlah Yang Maha Mengetahui akan nasib baik dan buruk seseorang.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Karena itu, tidak satu pun manusia yang mengetahui secara pasti akan nasib diri manusia, melainkan hanya Allah yang menciptakan manusia itu.

Banyak orang mendatangi peramal untuk meramalkan nasib dirinya, tetapi ternyata yang terjadi justru meleset. Berdasarkan penelitian dan pendeteksiannya, seorang dokter meramalkan pendeknya umur seseorang yang tengah menderita sakit kronis. Akan tetapi, ternyata Allah menghendaki lain, orang tersebut sembuh dari sakitnya dan panjang umurnya.

Nasib baik dan buruk manusia merupakan rahasia Allah. Kalaupun ramalan manusia itu ada yang tepat, termasuk juga ramalan dengan bintangnya, hal itu karena terjadi secara kebetulan dan sesuai dengan takdir Allah.

Dalam hadist riwayat Imam Bukhari diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

”... Setelah cukup bilangan 120 hari (umur janin dalam kandungan) datanglah malaikat meniupkan nyawa dan disuruh mengantarkan empat kata, yaitu kitab (tulisan) tentang rezekinya, ajalnya, amal usahanya, serta keberuntungan dan kebahagiaannya...”

Jadi, nasib hidup itu telah dituliskan sejak dalam rahim ibunda, bahkan sejak manusia belum diciptakan.

Meskipun demikian, manusia tidak boleh pasrah begitu saja kepada ketentuan Allah karena kita tidak mengetahui hal itu dan juga hal itu merupakan urusan Allah. Manusia tetap diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa bekerja dan berusaha agar dapat memperoleh nasib hidup yang lebih baik dan selamat di dunia dan akhirat. Cukup banyak ayat Al-Qur'an yang menyuruh manusia untuk bekerja dan berusaha, tidak boleh menyerah kepada takdir.

Karena itu, marilah kita hayati secara mendalam hakikat hidup ini, kita pahami akan kemahakuasaan Allah dan kemahatahuan Allah, serta kita sadari akan keterbatasan dan kelemahan manusia. Yang demikian itu agar kita meyakini bahwa hanya Allah yang mengetahui secara pasti akan nasib baik-buruk manusia dan hanya kepada-Nya kita bergantung, memohon, dan berharap.

Di antara ayat yang berkaitan dengan usaha, Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri....”(ar-Ra'd: 11)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menyebabkan seseorang percaya dan menggantungkan nasib dirinya kepada ramalan bintang (zodiak) ialah karena ia tidak menyadari bahwa percaya dan menggantungka nasib kepada ramalan bintang merupakan bagian dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

Beriman kepada takdir (ketentuan) Allah merupakan salah satu rukun iman yang keenam. Karena itu, seseorang yang mengingkari ketentuan Allah serta percaya kepada ketentuan ramalan bintang atau garis tangan, berarti telah rusak imannya dan telah menyekutukan Allah, sedangkan orang yang menyekutukan Allah termasuk orang yang melakukan dosa besar, yang tidak akan diampuni dosa besar itu kecuali dengan cara bertobat.

Rukun iman merupakan kepercayaan yang amat fundamental (mendasar) kepada Allah. Ibarat bangunan gedung, ia merupakan fondasinya. Bangunan gedung itu mudah retak dan hancur bila fondasinya tidak kuat. Demikian pula syariat Islam pada diri seseorang akan mudah hancur bila fondasi imannya lemah atau tercemari perbuatan syirik. Karena itu, segala perbuatan yang menodai keimanan, besar maupun kecil, Islam secara tegas melarangnya.

Maka dari itu, marilah kita mendalami ajaran Islam serta hakikat keimanan (akidah) di dalam ajaran Islam itu, kita sadari bahwa kepercayaan dan menggantungkan nasib kepada ramalan bintang atau dukun ternyata merupakan bagian dari perbuatan syirik yang menodai keimanan kita. Dengan jalan ini insya Allah perbuatan yang mengandung unsur syirik itu akan mudah kita tinggalkan. Allah SWT berfirman,

“….janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman (dosa) yang besar.” (Lukman: 13)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab ketiga yang menjadikan seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang atau ramalan dukun ialah karena ia tidak menginsyafi bahwa perbuatan itu dapat menimbulkan kesombongan.

Satu contoh, seseorang yang lahir pada bulan A berbintang B seseorang yang lahir pada bulan C berbintang D, maka yang mempunyai bintang B orangnya lembut, penyabar, dan lain-lain, sedangkan yang mempunyai bintang D orangnya keras kepala, tidak mau mengalah, dan lain-lain. Yang demikian ini jelas akan meninmbulkan kesombongan bagi yang mempunyai bintang B dan menimbulkan rendah diri bagi yang lainnya, sedangkan sifat sombong atau rendah diri merupakan sifat yang dilarang Allah.

Seseorang dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci. Dia menjadi baik, lembut, dan berakhlak bergantung pada pembinaan keluarganya dan dirinya sendiri setelah ia dewasa. Maka dari itu, marilah kita perbaiki akhlak kita sendiri, jangan terpengaruh oleh ramalan-ramalan yang tidak masuk akal.

Dalam hal kesombongan ini Rasulullah saw bersabda,

“Kesombongan itu merupakan bagian dari mengingkari kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR Abu Daud dan Hakim)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab keempat yang menyebabkan seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang ialah karena ia tidak menyadari bahwa yang mengetahui hari baik atau buruk itu hanyalah Allah.

Yang menciptakan waktu atau hari adalah Allah. Karena itu, yang mengetahui baik-buruknya hari hanyalah Allah. Bagi Allah, tidak ada hari yang buruk (sial), semua hari itu baik, dan hari yang terbaik bagi-Nya ialah hari Jumat. Di hari itu kita dianjurkan untuk banyak beribadah kepada Allah. Rasulullah saw. Bersabda :

“Sebaik-baik hari yang terbit matahari padanya ialah hari Jumal. Pada hari itulah Adam tercipta, di hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga, dan di waktu itu pula dikeluarkan darinya. Kiamat pun tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR Muslim)

Sebab kelima yang menyebabkan seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang dan perdukunan ialah karena tidak menyadari bahwa hal itu justru mémbawanya kepada kemunduran berpikir. Zaman sekarang adalah zaman orang berpikir secara ilmiah. Karena itu, ramalan-ramalan yang tidak masuk akal sudah tidak zamannya lagi.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapat disimpulkan hal-hal berikut. Pertama, ramalan bintang merupakan ramalan yang tidak masuk akal dan tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Kedua, ramalan bintang merupakan perbuatan yang mengandung unsur syirik, karena itu diharamkan oleh agama.

Sebagai penutup, marilah kita jauhi ramalan bintang dan perdukunan itu, kita berserah diri kepada Allah dan percaya atas ketentuannya, berusaha mengubah nasib sesuai dengan perintah-Nya. Semoga Allah melindungi kita. Amin.

Baca KHUTBAH JUM'AT lainnya ?

Thursday, July 18, 2019

Khutbah Jumat : Perdukunan (Orang Pintar)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Istilah "orang pintar" sering diberikan kepada para dukun atau paranormal. Mereka dijuluki sebagai orang pintar karena dianggap oleh sebagian masyarakat memiliki kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh umumnya orang, seperti kemampuan mantranya yang bisa menyembuhkan orang sakit, mengetahui pencuri atau pelaku kriminal, meramal melanggengkan pangkat, membuat orang cepat kaya, dan lain-lainnya. Mereka juga sering dianggap memiliki indra keenam karena kelebihannya itu, padahal belum tentu benar apa yang diperbuatnya itu.

Para dukun atau paranormal yang ada di masyarakat umumnya ada dua kelompok. Pertama, kelompok dukun palsu yang hanya ingin mendapatkan sesuatu kelompok paranormal yang sebenarnya, yaitu mereka yang benar-benar bekerja sama membantu memenuhi keinginan seseorang. Akan tetapi, apakah betul bahwa paranormal itu orang untuk memenuhi keinginannya atau seseorang, menaikkan atau dengan mengelabui orang. Kedua, dengan makhluk halus dari bangsa jin untuk dengan mantranya mampu membantu hasratnya?

Kaum muslimin rahimakumullah,

Paranormal kadang-kadang bisa membantu orang, kadang-kadang tidak, karena jin yang membantu paranormal juga terbatas kemampuannya, kadang-kadang bisa membantu, kadang-kadang tidak. Jin kadang-kadang bisa mencuri berita dari langit (dari Allah) kemudian meneruskannya kepada para dukun, kadang-kadang tidak bisa karena dihantam oleh bintang-bintang pelempar. Ini seperti diberitakan oleh Allah "Dan sesungguhnya kami (para jin atau setan) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.

"Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat dilangit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Akan tetapi sekarang, barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)." (al-Jinn:8-9)

Karena itu, berita yang dibawa para dukun mengenai kesembuhan seseorang, nasib seseorang, atau hal-hal lainnya, kadang benar kadang tidak, bahkan banyak tidak benarnya. Kalaupun ada yang benar dan tepat, hal itu karena tiga kemungkinan: pertama, mungkin berita dari jin itu benar, kedua, karena kebetulan, dan ketiga, karena pengaruh sugesti. Misalnya, orang yang sakit, baru dipegang oleh dukun sudah langsung sembuh padahal belum diobati atau diberi mantra.

Agama Islam melarang umatnya mendatangi dukun atau paranormal untuk meminta segala menanyakan nasib, minta dimantrai agar cepat kaya, dan lain-lainnya. Perbuatan yang dilakukan oleh paranormal bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan banyak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat syirik. Misalnya, mereka lebih banyak mengandalkan kekuatan makhluk jin dan lebih percaya kepadanya, merek mencampuradukkan antara Al-Qur'an, hadits, dan buku-buku darinya, seperti berobat, sesuatu primbon yang berbau syirik.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Walaupun demikian, ternyata masih banyak umat Islam yang suka mendatangi paranormal atau dukun. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat kita. Ada orang yang karena sakitnya tidak sembuh-sembuh, lalu dia datang, ke paranormal, ada yang karena usahanya gagal terus, ia kemudian datang ke dukun untuk meminta mantra, ada yang takut hartanya hilang, takut dicopot dari jabatannya yang "basah", atau takut terancam jiwanya, dia lalu datang kepada paranormal untuk meminta mantra dan masih banyak persoalan lain yang memaksa seseorang datang ke paranormal.

Yang demikian itu masih banyak terjadi dikarenakan hal-hal berikut. Pertama, mereka tidak mengetahui bahwa datang ke paranormal atau dukun itu dilarang keras oleh ajaran Islam dan berdosa besar. Dia tidak pernah mendalami ajaran Islam sehingga buta terhadap ajaran tersebut. Karena tidak mengetahui ajaran Islam, mereka akhirnya melakukan perbuatan yang berdosa besar, seperti datang ke dukun.

Allah SWT menganjurkan kepada hamba-hambanya agar mendalami ajaran Islam sehingga dengan pendalaman itu dia akan mengetahui bahwa mendatangi dukun itu termasuk perbuatan yang dilarang dan berdosa besar. Karena itu, marilah kita kaji ajaran Islam secara luas dan mendalam agar akidah kita bersih dari noda-noda syirik.

Dalam hal mendatangi dukun, Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa datang kepada dukun (paranormal), menanyakan sesuatu dan kemudian mempercayainya, maka shalatnya selama empat puluh hari tidak diterima." (HR Muslim di dalam kitab Shahihnya)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menyebabkan seseorang suka mendatangi paranormal ialah karena dia tidak kuat menghadapi cobaan atau penderitaan, seperti ditimpa sakit berat yang lama tidak kunjung sembuh atau menderita kegagalan yang sangat fatal dalam usahanya. Akibat cobaan yang sangat berat itu, seseorang yang lemah imannya akhirnya nekat menempuh jalan apa saja yang dapat membantu meringankan bebannya, tanpa mempertimbangkan halal atau haram, syirik dukun untuk membantu mengatasi penderitaannya.

Pada hakıkatnya, cobaan atau keimanan dan ketakwaan. Jika seorang hamba diuji Allah, lalu dia bertambah kesabaran, keimanan, dan ketakwaannya, maka bertambah pula cinta Allah kepadanya sehingga dihapus semua dosanya dan dia menjadi hamba yang suci serta mulia. Ini karena tidak mungkin Allah memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Sabar yang dimaksud dalam hal ini ialah tidak putus menghadapi ujian, selalu berusaha mencari jalan keluar dengan terus mendekatkan diri kepada Allah.

Marilah kita mempertebal iman kita melalui kesabaran dalam menghadapi cobaan atau pada hakikatnya merupakan bukti kasih sayang Allah kepada kita agar kita lebih cinta kepada-Nya. Dengan berbekal keyakinan yang kuat ini, insya Allah kita akan mampu menghadapi ujian hidup.

Dalam hal ujian hidup ini, Rasulullah saw. bersabda

"Siapa yang akan beroleh limpahan rahmat kebaikan dari Allah, lebih dulu akan diberinya cobaan." (HR Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab ketiga yang menyebabkan seseorang datang ke paranormal adalah karena dia takut kesenangan duniawinya pergi darinya. Kesenangan dunia itu antara lain harta, tahta, dan wanita. Karena takut kehilangan kesenangan duniawinya, dia kemudian mencari jalan pintas, datang ke paranormal, memohon bantuan kepadanya agar kesenangan duniawinya tetap lestari.

Jika ingin kesenangan duniawinya tetap lestari, seharusnya ia meningkatkan kualitas pribadinya, baik kualitas lahir maupun batin. Dengan jalan ini, orang akan semakin percaya kepada kita. Kualitas pribadi ini merupakan modal untuk meraih kesenangan dunia yang hakiki, bukan dengan mendatangi dukun!

Memang perlu disadari bahwa cepat atau lambat kesenanga ini merupakan modal untuk meraih kesenangan dunia itu akan lenyap. Dengan demikian, pada hakikatnya, kesenangan duniawi bukanlah tujuan hidup, tetapi akhiratlah tujuan hidup yang abadi.

Karena itu, marilah kita hilangkan rasa takut yang berlebihan akan hilangnya kesenangan duniawi. Yang kita takutkan ialah bagaimana jika kesenangan duniawi itu tidak bisa menjadi bekal kita di akhirat nanti. Rasa takut seperti ini akan mendorong kita untuk berlomba-lomba dalam berbuat amal kebajikan.

Dalam hal kehidupan akhirat, Allah SWT berfirman,

"Sedang kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (al-A'la: 17)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, dukun atau paranormal adalah orang yang pekerjaannya sedikit banyak mengandung unsur syirik. Kedua, meminta tolong kepada paranormal atau dukun hukumnya haram.

Sebagai penutup, marilah kita tinggalkan paranormal atau dukun itu agar akidah kita bersih dari noda-noda syirik. Semoga Allah memberkahi kita. Amin.

Baca KHUTBAH JUM'AT lainnya ?

Friday, July 12, 2019

Khutbah Jumat : Kembali ke jalan Allah

Kaum muslimin rahimakumullah

KHUTBAH JUMAT - Kembali ke jalan Allah, yakni bertobat, merupakan syarat utama bagi setiap manusia yang ingin hidup selamat dan bahagia, khususnya di akhirat nanti, sebab dengan tobat itulah manusia dapat diterima di sisi Allah SWT .

Demikian pula menyegerakan bertaubat juga merupakan keharusan setiap manusia, sebab manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan dia akan mati. Sedangkan, kematian itu dapat saja menjemput kita sekarang, besok, atau lusa.

Karena itu, Allah SWT menganjurkan kepada umat manusia agar segera mohon ampun dan kembali ke jalan-Nya, yaitu jalan hidup yang qur'ani. Allah SWT berfirman,

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

“Dan segeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”(Ali Imran:133)

Meskipun demikian, ternyata masih banyak di antara umat yang belum mau kembali ke jalan Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari, masih banyak orang yang suka melakukan kemungkaran dan kemaksiatan, seperti meninggalkan kewajiban ibadah, suka melakukan kejahatan, korupsi, berjudi, menipu, meminum minuman keras, berzina, serta kekejian-kekejian lain. Akibat perbuatan yang mungkar dan maksiat itu maka banyak terjadi keresahan, ketidaktenteraman, dan kerugian dimasyarakat, baik menyangkut perorangan maupun orang banyak.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Seseorang belum mau bertobat dan kembali ke jalan Allah dikarenakan beberapa sebab berikut. Pertama, ia merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat salah, baik kesalahan yang berhubungan langsung dengan Allah maupun kepada serta makhluk yang lain.

Yang menjadi dasar pijakannya bukanlah Kitab Allah, melainkan hawa nafsunya sendiri, sehingga segala perbuatan yang dipandang salah menurut Al-Qur'an dianggap benar oleh dirinya sepanjang tidak bertentangan dengan hawa nafsunya. Itulah sebabnya ia merasa tidak perlu bertobat dan memohon ampun kepada Allah. Akibatnya, dalam kehidupannya sehari-hari, ia berbuat sesuai dengan perintah nafsu, tak peduli apakah bertentangan dengan kehendak Allah atau meresahkan masyarakat.

Hawa nafsu tidak dapat dijadikan sebagai dasar pijakan hidup sebab sifat nafsu cenderung melakukan keburukan, menimbulkan permusuhan, dan menyebabkan kerusakan. Nafsu juga bagaikan kuda binal. Apabila tidak tidak ada kendali, ia akan liar, merusak dan meresahkan. Karena itu, jika memperturutkan hawa natsu maka seseorang akan cenderung melakukan kemaksiatan atau kemungkaran. Banyak bukti, orang yang suka memperturutkan hawa nafsu dalam hidupnya berakibat dirinya menyesal sepanjang hayat, setelah dia merasakan bahwa hawa nafsu ternyata tidak membawanya kepada kepuasan yang sejati.

Karena itu, marilah kita insafi sedalam-dalamnya bahwa dasar Pijakan hidup yang sesungguhnya bukanlah hawa nafsu, melainkan Kitab Allah. Dialah yang membimbing kita ke jalan hidup yang benar, jalan hidup yang membawa kepada ketenteraman dan kebahagiaan yang hakiki. Hawa nafsu bukanlah untuk dilepaskan berlaku liar, tetapi dikendalikan dengan tali Al-Qur'an sehingga ia berjalan menyusuri jalan-jalan kebenaran yang dapat mengantarkannya kepada kepuasan hidup yang sejati. Jika seseorang mau mendalami Al-Qur'an dan berpedoman kepadanya, kelak ia akan berhati-hati dalam hidupnya dan akan segera bertobat bila ia melakukan sesuatu yang dilarang Al-Qur'an. Maka marilah kita segera kembali ke jalan Allah agar kebahagiaan, ketenteraman, serta kepuasan hidup hakiki dapat segera kita peroleh. Tentang nafsu ini Allah SWT berfirman,

“…sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampum lagi Maha Penyayang.”(Yusuf: 53)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menyebabkan seseorang belum mau bertobat ialah karena ia tidak menyadari bahwa kematian itu bisa datang pada seseorang kapan saja.

Dia tidak pernah menjadikan setiap kematian seseorang sebagai pelajaran yang amat berharga bagi dirinya. Setiap kematian yang dia temui dianggapnya sebagai hal yang wajar, padahal orang yang wafat itu terkadang sebaya dengan usianya, bahkan ada yang jauh di bawah umurnya. Hikmah kematian tidak pernah membuka pintu kesadaran hatinya, sehingga dia tidak pernah mempersiapkan bekal kebajikan dalam hidupnya. Bahkan, ia menganggap bahwa dirinya masih sangat jauh dari kematian dan menyangka panjang umurnya hingga tua bangka. Karena itu, bila diajak orang untuk bertobat, dia selalu mengatakan, "Nanti saja kalau sudah tua." Seseorang yang suka menunda-nunda tobat, kelak dia akan menyesal selamanya jika Allah memanggilnya sebelum dia bertobat.

Marilah kita sadari bahwa kematian itu adalah rahasia Allah. Kapan saja, maut pasti datang menjemput, bahkan sekarang pun bisa terjadi jika Allah menghendaki. Bila kita menyadarinya tentu kita akan segera bertobat dan kembali ke jalan Allah, serta berlomba-lomba memperbanyak amal saleh untuk bekal kembali kepada Allah Dalam hal ajal, Allah SWT berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang waktuna (ajalnya) mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (al-Araf : 34)

Kaum mushmin rahimakumullah,

Sebab ketiga yang menjadikan seseorang belum mau juga kembali ke jalan Allah ialah karena ia masih tergoda oleh hiruk pikuk kehidupan dunia.

la terlalu silau oleh kenikmatan dan kemewahan duniawi sehingga ia terpikat oleh rayuannya. Akibatnya, kenikmatan duniawi itu ia arungi begitu jauh hingga melampaui batas batas agama, sedangkan kenikmatan ukhrawi yang kekal abadi dan dijanjikan Allah ia campakkan begitu saja.

Di tengah-tengah lautan kenikmatan duniawi yang semu itu dia sulit diajak kembali ke jalan Allah atau bersegera bertobat kepada-Nya Barulah setelah lautan kenikmatan itu tidak permah menghilangkan bahwa kenikmatan dunia itu ternyata semu. Akan tetapi, kesadarannya itu tak banyak berguna karena ajal sudah menjemputnya.

Marilah kita berhati-hati terhadap rayuan duniawi, jangan sampat kita tergoda yang menyebabkan kita lupa terhadap kenikmatan akhirat. Boleh saja kita menikmati kebahagiaan duniawi, jangan sampai kita tergoda yang menyebabkan kita lupa terhadap kenikmatan akhirat. Boleh saja kita menikmati kebahagiaan duniawi, dan memang boleh, namun jangan sampai melupakan kebahagiaan di akhirat. Hendaklah segera kembali ke jalan Allah, sebab dengan jalan itulah kenikmatan akhirat dapat diperoleh.

Tentang kehidupan duniawi, Allah SWT berfirman,

“…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(al-Hadid: 20)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab keempat yang menjadikan seseorang enggan bertobat ialah karena ia belum merasakan bahwa tobat itu akan membawanya kepada kesehatan jiwa dan ketenteraman hidup.

Dalam penelitian para ahli ilmu jiwa, banyak para penderita penyakit, baik penyakit fisik maupun jiwa, yang disebabkan problem-problem kejiwaan atau karena penyakit hati. Ia bisa disembuhkan dengan jalan bertobat kepada Allah.

Karena itu, marilah kita segera bertobat atau kembali ke jalan Allah agar kita menjadi tenteram dan terhindar dari berbagai penyakit, khususnya penyakit hati. Dalam hal tobat, Allah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus segala kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga...." (at-Tahrim: 8)

Sebab kelima yang menjadikan seseorang tidak mau bertobat ialah karena ia menyangka bahwa dosa-dosanya dapat ditebus dengan materi. Menurut Al-Qur'an, harta kekayaan di akhirat nanti tidak akan dapat menebus dosa, walaupun sepenuh bumi banyaknya, kecuali bila digunakan untuk kebajikan ketika kita di dunia. Maka dari itu, marilah kita segera memohon ampun kepada Allah dan kita gunakan harta itu di jalan-Nya. Kelak, dosa-dosa kita akan dihapus oleh Allah SWT.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama kembali ke jalan Allah merupakan kewajiban setiap manusia yang ingin hidup selamat di dunia dan akhirat. Kedua, seseorang hendaklah bertobat karena ajalnya bisa datang kapan saja, sesuai ketentuan Allah.

Sebagai penutup, marilah kia segera memohon ampun kepada Allah dan kembali ke jalan-Nya, semoga Allah SWT memberi kebahagiaan hidup kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Baca KHUTBAH JUM'AT lainnya ?

Friday, June 7, 2019

Khutbah Jum'at : Memohon hanya kepada Allah

Kaum muslimin Rahimakumullah.

Sebagai makhluk Allah yang serba kurang dan lemah ini, kita senantiasa membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT, sebab tanpa pertolongan dan perlindungan serta izin-Nya, kita tak mampu berbuat apa-apa. Kita pun tidak mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi pada diri kita esok hari. Karena itu memohon keselaman dan kebaikan adalah kebutuhan makhluk-Nya.

Walau demikian, ternyata masih banyak saudara-saudara kita seagama yang suka meminta keselamatan dan pertolongan kepada dukun, kuburan, dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Demikian pula yang ingin mendapatkan jodoh, pangkat, rezeki, serta kemenangan, memohon petunjuk kepada dukun, kuburan keramat, Nyai Roro Kidul serta kepada mahluk-mahluk halus lainnya. Ada pula yang merelakan dirinya bertapa atau bersemedi selama berhari-hari, bahkan barbulan-bulan, seperti yang pernah terjadi di Gunung Selok, daerah Srandil, Kabupaten Cilacap. Keinginan mereka semata-mata hanya untuk mendapatkan keselamatan, pangkat, jodoh, dan yang sejenisnya. Bahkan ada yang lebih lucu lagi, orang gilapun dimintai petuah-petuahnya, orang mengigau juga dijadikan rumus untuk menentukan nasib dirinya. Sungguh hal semacam ini semestinya tidak terjadi pada zaman modern ini. akan tetapi, kenyataannya tidak dapat dipungkiri, masih banyak saudara-saudara kita yang melakukan hal-hal demikian, mereka masih terlibat dengan berbagai macam kemusyrikan (menyekutukan Allah).

Jika kita meneliti dan mengamati hal tersebut maka ada beberapa sebab yang menjadikan saudara-saudara kita ini masih melakukan berbagai bentuk kemusyrikan, yaitu sebagai berikut.

  1. Pertama,
  2. Sebagai seorang muslim, selama ini mereka tidak pernah mendalami keimanan dan ketauhidan (tentang keesaan Allah) secara terperinci dan sempurna. Masih banyak diantara kita yang beriman kepada Allah SWT hanya sebatas meyakini Allah sebagai Zat Yang Mahakuasa dan Maha Esa, mengakui sebagai Pemelihara alam semesta, tetapi hanya dibuktikan dengan tindakannya, sehingga akhirnya ia melakukan perbuatan yang merusak akidahnya dalam mengimani keesaan Allah, seperti mempersekutukan-Nya dengan yang lain, memohon keselamatan kepada dukun, tempat-tempat keramat, menggantungkan naslbnya kepada bintang atau batu cincin serta benda-benda keramat lainnya, yang dianggapnya tidak bertentangan dengan agama.

    Padahal, prinsip keimanan dalam Islam, jika kita telah menetapkan dalam hati bahwa kita beriman kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan ihklas maka keimanan itu haruslah membentuk fikrah ‘pola pikir’, yang terungkap dalam ucapan dan perbuatan. Dengan demikian, kelak perjalanan fikrah-nya senantiasa tidak menyekutukan Allah, perbuatannya tidak bertentangan dengan perintah-Nya, serta permohonannya hanyalah kepada-Nya. Allah berfirman,

    “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun….” (an-Nisa’: 36)

    Sepantasnyalah kita beriman, menyembah, dan memohon hanya kepada-Nya, sebab Dialah yang Maha Pencipta dan Mahakuasa, Pemelihara alam semesta, yang memberi nikmat, perlindungan, dan Mahadahsyat siksanya, yang menghidupkan dan mematikan, serta Dialah yang mengabulkan segala do’a. menyukseskan segala kehendak dan cita-cita manusia.

    Karena itu Allah sangatlah murka kepada kita yang mempersekutukan-Nya, memohon nikmat serta perlindungan kepada selain Dia. Padahal, sesuatu yang disamakan dengan Allah, yang dimintai perlindungannya, sedikitpun tidak bisa memberi mudarat maupun manfaat. lni sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,

    “….mereka (orang-orang kafir) mengambil tuhan-tuhan selain dari-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. “ (al-Furqan: 3)

    Agar kita tidak dimurkai Allah dan amal ibadah kita tidak sia-sia, hendaklah kita memperdalam keimanan dan ketauhidan kita dan mempelajari sedetail mungkin sehingga kita benar-benar menjadi mukmin yang hakiki, sebab iman merupakan dasar utama dalam Islam. lbarat rumah, la sebagai fondasinya. Akan robohlah rumah jika fondasinya tidak kokoh. Demikian pula umat Islam akan hancur jika imannya tidak kokoh, dan kelak akan rusaklah segala amal ibadah lainnya.

  3. Kedua,
  4. Mereka menyekutukan Allah dan memohon kepada selain Dia. Ini karena cara berpikir mereka yang masih primitif meskipun sudah berpikir modern dalam urusan keduniaan. Keprimitifan seperti ini lebih banyak berasal dari ajaran sinkretisme* yang turun, temurun. Sinkretisme adalah percampuran antara keyakinan Islam dan keyakinan Hindu, Budha, animisme, maupun dan dinamisme.

    Ajaran ini datang dari nenek moyang kita yang keislamannya bersifat sinkretis sehingga hidupnya tak pernah lepas dari perdukunan, perjimatan, ketakhayulan, khurafat, serta kemusyrikan lainnya, padahal mereka juga beriman kepada Allah. Sungguh, keyakinan ini masih sangat melekat di sebagian saudara-saudara kita seagama dan sulit untuk menghilangkan. Bila saudara-saudara kita ini mempunyai hajat, ingin keselamatan dan kesejahteraan, disamping memohon kepada Allah juga memohon kepada yang lain, seperti kepada Betarakala, Nyi Roro Kidul, atau memohon kepada Allah, tetapi melalui dukun, kuburan keramat, jimat, sesaji, atau melalui jalan lain yang diharamkan.

    Dengan tegas, Allah SWT melarang hamba-hambanya mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, menyamakan antara Khalik dan mahluknya. Allah juga melarang mencampuradukkan dalam hal permohonannya, seperti memohon kepada-Nya dan memohon kepada yang batil. Memohon kepada Allah hendaklah secara langsung, tidak boleh melalui perantara, kecuali yang dibenarkan agama, apalagi dengan cara mencampuradukkan doa, Allah sangat membencinya. Sesungguhnya Dia sangat dekat dengan hamba-Nya. Bersesuaian dengan hal tersebut, Allah berfirman,

    وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

    ”Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengetahui. ”(al-Baqarah: 42)

    Hendaknya, kita senantiasa mengajak saudara-saudara kita ini dengan cara yang arif dan bijakasana sehingga hatinya dapat terbuka dan mau kembali kepada akidah Islam yang murni serta benar-benar menjadi muslim yang bertauhid

  5. Ketiga,
  6. Kefasikan hatinya, sehingga saudara-saudara kita seagama ini berani melakukan kebatilan, terutama yang berhubungan dengan kemusyrikan. Hal ini sering terjadi karena mereka berputus asa dikarenakan doanya merasa tidak pernah terkabul atau usahanya tidak pernah sukses, atau juga karena hal yang lain, seperti terpengaruh kawan yang memang sarat oleh ilmu-ilmu kemusyrikan, atau memang karena dasar keimanannya masih lemah.

    Sesungguhnya jika kita berputus asa karena usaha kita selalu gagal atau karena doa kita tidak terkabul, sebenarnya hal tersebut dikarenakan kesalahan kita sendiri salah kita tidak mengoreksi perbuatan kita itu apakah sudah sungguh-sungguh dan ulet serta sesuai dengan perintah Allah atau belum ? Apakah kita sudah bersabar dan bertawakal atau belum ? Apakah doa kita sudah sungguh-sungguh dan murni disertai dengan usaha yang maksimal atau belum ? Sebab, jika hal tersebut sudah sesuai dengan kehendak-Nya pasti Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya. Orang-orang yang dengan sengaja melanggar perintah Allah dengan berbuat syirik kepada-Nya, sungguh Allah mengancam mereka dengan siksaan yang paling besar di antara dosa-dosa besar, dan Allah tidak akan mengampuni selama-lamanya kecuali jlka mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Bersesuaian dengan hal tersebut, Allah berfirman,

    إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا

    "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ” (an-Nisa’: 48)

Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama,

memohon keselamatan, kesejahteraan, pangkat, rezeki, dan yang lainnya hanya kepada Allah, haram mempersekutukan-Nya.

Kedua,

dalam memohon haruslah disertai dengan usaha yang maksimal dan tidak bertentangan dengan agama.

Ketiga,

mempersekutukan Allah, baik dalam doa maupun ibadah lainnya, adalah dosa yang paling besar.

Sebagai penutup, sebagai mukmin, marilah kita meningkatkan keimanan dan ketauhidan kita, kita hindari segala perbuatan syirik hingga yang sekecil-kecilnya. Semoga Allah SWT mengabulkan segala doa kita dan menerima segala ibadah kita di sisi-Nya. Amin.

*Sinkretisme adalah paham(aliran) baru yang merupakan perpaduan beberapa paham(aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan sebagainya.

Monday, December 29, 2014

KHUTBAH JUM'AT : MANUSIA DAN AGAMA

Kaum muslimin rahimahumullah,

Pada halikatnya, manusia sangat membutuhkan agama yang dapat menuntunnya ke jalan hidup yang benar dan dapat mengatasi segala problema hidup, sebab ternyata banyak sekali persoalan hidup manusia yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri. Misalnya, ketika manusia menghadapi goncangan jiwa yang amat dahsyat, ternyata dia tidak mampu memecahkannya, bahkan banyak yang stres atau bahkan bunuh diri. Ketika manusia menghadapi kerusakan moral, ternyata mereka tidak mampu mengatasinya, walaupun secara lahiriah sudah dilakukan. Ketika manusia membutuhkan aturan hidup yang sempurna, lalu mereka membuat aturan-aturan hidup, ternyata aturan hidup yang buatnya itu jauh dari sempurna, Satu kelompok manusia menerima aturan itu, kelompok yang lain menolak. Yang satu merasa diuntungkan, yang lain merasa dirugikan, dan sering sekali aturan itu bertentangan dengan fitrah manusia. Masih banyak lagi persoalan-persoalan hidup yang lain yang tidak dapat diatasi manusia kecuali dengan tuntunan agama.

Agamalah yang mampu memberi ketenangan hakiki kepada jiwa manusia, mampu mengatasi kerusakan moral, memberi aturan hidup yang universal sesuai dengan fitrah manusia, dan mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup segenap manusia. Agama yang dimaksud dalam hal ini ialah agama Islam. Dalam hal tuntunan agama, Allah SWT berfirman,

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا

"Sesungguhnya AL-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahua bagi mereka ada pahala yang besar." (al-Isra': 9)

Jalan yang lebih lurus dalam ayat tersebut ialah lebih lurus daripada jalan hidup yang lain, lebih sempurna dari konsep hidup yang lain, dan lebih mampu mengatasi berbagai problema hidup manusia daripada konsep hidup yang lain.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Meskipun demikian, ternyata masih banyak orang yang merasa tidak memerlukan agama walaupun pada lahiriahnya mengaku beriman. Bahkan, banyak pula yang perbuatannya melecehkan agama. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari: ada orang mengaku muslim, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan seorang muslim sama sekali, malah sangat bertentangan dengan ajaran Islam, ada orang mengaku bertakwa kepada Allah SWT, tetapi perilakunya justru melecehkan perintah-Nya; dan ada pula orang mengaku mukmin, tetapi tatkala aturan-aturan Islam diperjuangkan, dia menjadi penghalang utamanya. Begitu juga masih banyak orang yang tak suka terhadap agama Islam.

Yang demikian itu masih banyak terjadi oleh karena hal-hal berikut. Pertama, masıh banyak orang yang memandang hidup ini dengan pandangan nafsu. Artinya, segala kegiatan hidup, termasuk aturan yang ada di dalamnya, haruslah cocok dengan kehendak nafsu. Bila tidak sesuai maka dianggap olehnya harus dihapuskan atau ditinggalkan. Termasuk juga aturan agama, tidak boleh mengekang nafsunya. Karena itu, seseorang yang berpandangan demikian, kalau dia menjadi muslim, ajaran Islam yang dilaksanakannya hanyalah bagian yang tidak bertentangan dengan hawa nafsunya atau yang menguntungkan hawa nafsu itu. Kadang-kadang, secara ilmiah orang tersebut mengakui akan kebenaran agama islam sebagai agama yang dapat mengatasi segala persoalan hidup tetapi karena dirinya telah dikuasai nafsu maka ia menjadikan hidupnya hanya sebagai budak nafsu.

Karena kehidupan dan agama hanva dipandang serta ditimbang secara nafsu maka banyak terjadi penyimpangan, penyelewengan dan kerusakan moral di masyarakat. Baru setelah orang mengalami kegoncangan hidup yang dahsyat, kehancuran moral sudah mencapai klimaks, ia mulai sadar bahwa hanya agama yang bisa mengatasinya.

Karena itu, marilah kita pandang hidup ini dengan akal yang jernih sehingga kita akan menyadari betul pentingnya agama dalam kehidupan ini kita perkokoh pertahanan hati, sebab dengan pertahanan hati yang kokoh itulah nafsu tidak akan dapat menguasai hati dan tidak akan memperbudaknya. Jika diri manusia merdeka dari perbudakan nafsu maka agama akan menjadi panji-panji hidupnya.

Mengenai nafsu ini, Allah SWT berfirman,

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Yusuf:53)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menjadikan seseorang merasa tidak butuh terhadap agama ialah karena terpengaruh kehidupan sekuler.

Kehidupan sekuler adalah kehidupan yang memisahkan agama dengan urusan kemasyarakatan dan kenegaraan. Lembaga-lembaga agama tidak boleh mencampuri urusan masyarakat dan pemerintahan.

Karena pengaruh kehidupan sekuler maka seseorang tak hanya sekadar memisahkan agama dari negara, tetapi lebih jauh lagi dia sengaja meninggalkan ajaran agamanya. Akhirnya, agama hanya sekadar status dan hanya untuk mengesahkan tali perkawinan saja.

Kehidupan ala Barat itu ternyata cukup besar pengaruhnya bagi umat Islam sehingga banyak umat Islam yang meniru kehidupan mereka.

Agama Islam tidak memisahkan antara kehidupan agama dan urusan masyarakat. Islam merupakan pedoman hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya, bagaimana kıta dapat bermasyarakat dan bernegara dengan cara yang baik, Islam memberikan tuntunannya secara lengkap, seperti menjalankan amanat, adil, tidak menyimpang, tidak menipu, dan lain-lain. Dimana saja orang Islam berada dan berkuasa, Islam tetap melekat pada dirinya. Maka nilai-nilai Islam harus mewarnai kebijakannya.

Dalam hal amanah dan keadilan, Allah SWT berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا

"Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil." (an-Nisa': 58)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab ketiga yang menyebabkan seseorang mengabaikan agama ialah karena pengaruh hidup materialis, yaitu hidup mempertuhankan benda (hedonisme). Seseorang yang mempertuhankan benda, dia cenderung meremehkan agama atau bahkan mencampakannya jauh-jauh. Karena itu, hendaklah kita menghindari sikap mempertuhankan benda karena sesungguhnya benda itu akan hancur bersama pemiliknya. Marilah kita pegangi agama erat-erat, sebab agama itulah sebaik-baik bekal untuk hidup sesudah mati.

Sebab keempat yang menyebabkan seseorang tidak butuh agama ialah mengganggap agama sebagai candu masyarakat, orang yang menganggap agama sebagai candu masyarakat adalah orang yang telah mati hatinya sehingga tidak bisa lagi mengenal Allah, memahami hakikat hidup dan hakikat kebenaran. Orang itulah yang disebut ateis (tak bertuhan). Dia melihat agama hanya dari tindakan umatnya, terutama dari sisi negatifnya, bukan dan hakikat ajarannya. Sebab itu, pantas bila la menganggap agama sebagai candu.

Maka dari itu, hendaklah kita mengkaji agama melalui sumber-sumbernya sehingga kita dapat memahami hakikat agama yang sesungguhnya. Dalam hal mendalami atau mengkaji agama, Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu memperdalam agama Islam." (HR Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kelima yang menyebabkan seseorang tidak butuh agama ialah karena tidak menyadari akan adanya hidup di balık kematian.

Dia menyangka bahwa sesudah mati tidak ada apa-apa lagi. Padahal, justru sesudah mati itulah kita akan menghadapi kehidupan abadi, di sana kita akan mempertanggungjawabkan perbuatan kita di dunia. Tentang orang yang mengingkari kehidupan akhirat,

Allah SWT berfrman,

كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمۡ أَمۡوَٰتٗا فَأَحۡيَٰكُمۡۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ

"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan ?" (al-Baqarah: 28)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai benkut. Pertama manusia pada hakıkatnya membutuhkan bimbingan agama. Kedua agama Islam membimbing manusia ke jalan yang benar dan lebih sempurna

Sebagai penutup, marilah kita renungkan secara mendalam akan hakikat hidup dan hakikat agama sehingga kita dapat menyadari akan pentingnya agama. Semoga Allah SWT memberkahi kita. Amin.

Sunday, December 28, 2014

KHUTBAH JUM'AT : IBADAH YANG PALING UTAMA

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan" (Q.S. AI-Fatihah:5)

"Aku tidak bisa beribadah, aku tidak kerasan". Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh seorang santri kepada seorang guru (wali kelas).

Hal ini terjadi karena ia merasakan bahwa kehidupan pondok ini banyak benturan dengan kegiatan yang sifatnya fisik dan materi, sehingga la merasakan kekosongan hati, ia mengaku tidak bisa tenang dalam sholat, tidak bisa terus bertafakkur dan sebagainya.

Benarkah ibadah di pondok ini kurang ? Sang guru menasehatinya dengan prinsip yang biasa dikumandangkan di Gontor bahwa ibadah itu bukanlah hanya sholat puasa dan menenangkan hati, namun segala perbuatan yang kita lakukan hanya untuk Allah semata adalah ibadah.

Namun ada yang belum memahami nasehat tersebut dan bisa saja ia menolak prinsip di atas, karena yang sudah ia kenal tentang ibadah ialah yang sifatnya ritual pribadi dan menenangkan hati. Memang ada empat kelompok manusia yang termasuk dalam salah satu ayat surat al Fatihah di atas, yang mana empat kelompok tersebut berhak untuk menyandang keutamaan dalam beribadah:

  1. Pertama,
  2. Kelompok yang memandang bahwa ibadah yang paling besar pahalanya adalah yang paling sulit dan sukar dilaksanakan, dan pahala yang kita terima adalah tergantung kepada berat dan sukarnya ibadah yang kita lakukan, Dengan ibadah yang berat tersebut mereka mengekang jiwa mereka, karena dengan demikian mereka terjauhkan dari hawa nafsu, karena setiap jiwa manusia mempunyai sifat bosan, malas dan mencari yang enak, maka dari itu jiwa harus diberi beban yang berat agar ia menjadi baik.

  3. Kedua,
  4. Mereka yang memandang ibadah yang paling utama ialah yang sifatnya meninggalkan dunia. antara mereka yang berpendapat bahwa dengan menyendiri dan bertafakkur mensucikan hati lebik dari pada beribadah dan mencari ilmu. Sebagian yang lain dengan mengosongkan hati terhadap Allah swt, menumpukan segala perhatian untuk mencintai Allah dan berserah diri kepada-Nya. bertawakkal, terus berdzikir tanpa mempedulikan apa yang terdapat dalam hatinya, hal itu mereka lakukan untuk mencapai ridla Allah swt. Namun dari kelompok ini sering terjadi penyimpangan, mereka selalu berdzikir kepada Allah, menyendiri dan berkhalwat, tatkala terdengar adzan, mereka tidak beranjak, karena mereka tidak perlu untuk mendatangi panggilan dzikir, karena mereka sudah berdzikir terus-menerus, mereka beranggapan bahwa panggilan adzan untuk sholat dan berdzikir ditujukan untuk orang-orang yang lalai, sedangkan yang selalu berdzikir untuk apa dipanggil berdzikir. Dari sinilah banyak diantara mereka yang meninggalkan ibadah-ibadah yang sifatnya fardlu.

  5. Ketiga,
  6. Kelompok yang memandang bahwa ibadah yang paling utama disisi Allah ialah yang paling banyak manfaatnya. Bagi mereka ibadah ini lebih tinggi derajatnya dari pada yang sifatnya pribadi, menyendiri dan menjauhkan diri dari masyarakat, maka dari itu mereka cenderung banyak mengabdi kepada manusia, mereka menjadi guru, dai dan semua kegiatan yang bertujuan untuk orang banyak. Di antara dasar pijakan mereka ialah sabda Rasullah saw "Semua makhluk ini adalah asuhan Allah dan mereka yang paling dicintai-Nya ialah yang paling bermanfaat bagi asuhaNya" (HR. Abu ya'la) "Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia" (HR.Tirmidzi dan Abu Umamah)

  7. Keempat,

    Mereka yang mengatakan bahwa ibadah yang utama ialah yang bertujuan keridhaan Allah semata, setiap waktu, tempat dan bentuk amalan apapun mendesak pada saat itu. Bagi mereka segala amalan hanya untuk Allah dan untuk mencapai ridha-Nya, bukan hanya sholat, puasa dan dzikir saja, namun seluruh perbuatan selama ia hidup ditujukan mencari ridla-Nya.

    قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

    "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam."(Q.S al-An'am: 162)

    Kelompok ini selalu mengerjakan segala perbuatan yang paling utama untuk dilakukan sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan.

Ketika masuk sepertiga malam terakhir, maka yang paling utama ialah berjaga, wudlu, sholat, membaca al-quran dan dzikir.

Ketika terdengar alunan adzan subuh, maka yang paling utama adalah mendatangi seruan adzan dan meninggalkan dzikir.

Setelah sholat subuh maka yang paling utama adalah membaca Al-Quran, atau mungkin gerak badan agar badan tetap segar sampai siang dan dapat belajar atau mengajar dengan baik.

Ketika datang waktu belajar atau mengajar, maka yang paling utama mendengarkan keterangan guru, atau mengajar dengan sebaik-baiknya untuk memandaikan sang murid.

Setiap waktu sholat fardlu tiba, maka yang utama adalah melakukannya secara berjamaah pada awal waktunya, dilakukan dengan segala kekhusu'an walaupun harus meninggalkan membaca al-Quran, berdzikir dan belajar.

Ketika datang waktu malam, maka yang utama mengambil air wudlu, berdoa, kemudian istirahat dengan harapan dapat berjaga malam untuk sholat.

Ketika kedua orang tua datang, menyambut mereka dengan segala hormat dan kasih sayang, walaupun harus meninggalkan tugas yang lain sejenak.

Ketika kawan hakit, maka yang utama adalah menjenguknya, dan kalau ada orang meninggal dunia, maka yang paling utama adalah berta'ziah kerumahnya, atau turut serta sampai penguburannya.

Begitu secara terus-menerus melakukan segala perbuatan ditujukan untuk mendapatkan ridla Allah swt, menjalankan tugas sebaik-baiknya, ia selalu berada dimana-mana pada kondisi yang paling utama.

Dengan demikian kelompok keempat ini merupakan orang yang sempurna ibadahnya, ia tetap dalam ibadah di manapun dan kapanpun ia berada, walaupun ia harus keluar dari kelompoknya. Sedangkan tiga kelompok pertama maka ibadahnya kurang sempurna, karena sifat ibadahnya tidak menyeluruh, ketika keluar dari kelompok mereka, mereka tidak lagi dalam keadaan ibadah.

Maka ketika ada perkumpulan ulama, ia (kelompok ke empat) berada di tengah-tengah mereka, ketika ada majlis ta'lim, ia berada di antara mereka, ketika ada perkumpulan orang mengaji ia ada di tengah-tengah mereka, ketika ada kegiatan-kegitan sosial, ia berada ditengah-tengah mereka, ketika ada orang berkumpul bersedekah untuk membantu orang-orang miskin ia ada di tengah-tengah mereka, bahkan ketika datang musibah, ia tetap bersama orang yang terkena musibah, bersabar atas cobaan, walaupun ia tidak merasakan lezatnya ibadah, walaupun kelezatan ibadah diterima orang lain, namun dimata Allah ia menjadi yang utama, ia selalu berada di tengah kumpulan orang-orang sholeh.

Memang orang yang termasuk dalam kelompok keempat ini tidaklah banyak, dan kalau diperhatikan, maka keberadaannya seakan tampak aneh, karena ia berada di mana-mana, ia tidak memiliki bentuk khusus, namun ia berpindah-pindah untuk setiap saat menambah keutamaan dalam ibadah.

Mereka itu yang sempurna dalam ibadah, mereka orang yang mengamalkan firman Allah "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan" dengan sempuma dan menyeluruh, tanpa pamrih kecuali hanya untuk mencapai ridlo-Nya.

Monday, December 15, 2014

KHUTBAH JUM'AT : MENJAGA HUBUNGAN SESAMA MANUSIA

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf : 96)

Sidang jumah rahimakumullah…

Limpahan berkah dari langit dan bumi berupa limpahan kekayaan dan kenikmatan yang tercurah kepada manusia sepanjang hidupnya, memungkinkan ia dapat membangun peradabannya. Sedang iman dan taqwa sebagaimana tersebut pada ayat di atas adalah jaminan bagi kelansungan tercurahnya kekayaan dan kebarkahan. Selanjutnya menjadi jaminan bagi kepesatan peradaban manusia tanpa harus mandek atau balik lagi dari awal untuk memulai suatu peradaban baru dengan membuang-buang energi untuk membangunnya. Dengan demikian peradaban yang lama tidak perlu hancur bahkan dapat diteruskan serta merupakan pernyataan eksistensi dari generasi-generasi yang telah melewati jalur kehidupan.

Sistem tingkah laku seperti itu, tentu saja baik sekali. Merupakan pilar peradaban manusia yang terkuat, yang paling sanggup menopangnya dan mensucikannya. Sesudah itu akan merupakan nilai tertinggi yang dicari-cari oleh manusia yang sadar untuk mempercepat langkah ke arah kemajuan yang pesat, mempercepat tersingkapnya tabir yang menutupi kunci-kunci alam semesta yang susah dicari, yang karena begitu sudah sehingga tidak peduli dengan usaha bersama masyarakat secara terpadu. Akan tetapi, sikap masa bodoh itu sebenarnya timbul akibat sistem tingkah laku yang saling bertentangan, yang jauh dan jauh sekali dari nilai-nilai keutamaan dan tata kesopanan itu yang dijadikan landasan dari sistem pembangunan sesama manusia.

Ini sama sekali bukan khayal ataupun mimpi yang melantur, tetapi memang kenyataan yang bila tidak ditempuh, manusia pasti akan menderita dan sengsara.

Sidang jumah rahimakumullah…

Apa yang didambakan oleh seluruh umat manusia agar ada satu bahasa persatuan dan aturan politik yang terpadu, itu barangkali semakin menguatkan pendapat kita tersebut di atas, Karena inti dari semua itu merupakan pengakuan tentang betapa bahayanya perpecahan dan betapa jahatnya menunggu-nunggu kehancuran bangsa lain. Kedua-duanya, yakni perpecahan dan menuggu-nunggu kehancuran, adalah lahir akibat penyelewengan fitrah dari nilai-nilai keutamaan sebagai jalan yang benar, dan berikutnya akibat penyelewengan dari tata kesopanan yang semestinya menjadi perekat hubungan sesama manusia.

Selain Islam, tidak ada yang berpadangan luas. Karena hanya Islamlah yang mampu melakukan hubungan demikian dan mampu memenuhi segala kebutuhan dari siapapun yang tengah mencari-cari. Hanya Islamlah yang mampu membangun keudayaan manusia atas landasan-landasan yang kuat, yang menjamin ketenteraman dan ketenangan hidup sebagaimana yang mereka dambakan.

Adapun tentang kelengkapan hubungan dalam islam, itu dimulai dari suruhan supaya merasakan, menghargai dan menghormati makna persahabatan. Begitulah seterusnya sampai pada pembicaraan soal aktivitas hubungan-hubungan dan tata pergaulannya dengan orang lain, bahkan pada perasaan-perasaan yang tersembunyi dalam dada. Rasulullah bersabda:

Orang beriman itu sahabat yang dapat diajak bersahabat tak ada kebaikan bagi orang yang tak mau bersahabat dan tak dapat diajak bersahabat. (HR. Ahmad Thabrani dan Al Hakim.)

Sidang jumah rahimakumullah…

Selanjutnya dalam mengarahkan ke arah yang benar, agar hubungan semakin erat, Islam menyuruh umatnya cepat-cepat menyampaikan salam perjumpaan ketika bertemu sesamanya, dengan mengucapkan "Assalamu'alaikum"

Selain itu pula Islam menyuruh bersikap tawadlu, jangan takabbur karena sesungguhnya Allah swt. telah memerintahkan kita untuk merendahkan diri, sehingga tak ada seorangpun yang membanggakan diri terhadap yang lainnya. Terhadap yang lebih tua Islam menyuruh hormat dan terhadap yang lebih muda disuruh untuk mengasihi. Karena bukan muslim orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua diantara mereka dan tidak mengasihi yang lebih muda.

Islam juga menyuruh agar manusia sedapat mungkin mengeluarkan hartanya dan berkelakuan baik. Karena suatu harta tidak akan berkurang karena sedekah, Dan Allah hanya akan menambah kemuliaan bagi seseorang lantaran kelebihan harta (yang dikeluarkannnya). Dan tak seorangpun yang merendahkan diri karena Allah, hanyalah akan ditinggikan derajatnya oleh Allah.

Selain itu Islam juga menyuruh setiap muslim agar berhati-hati menerima berita apapun yang disampaikan orang, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada tukang-tukang fitnah yang suka mengadu domba. Dan jika datang kepada kita orang fasik membawa sesuatu berita, maka kita periksa lebih teliti agar kita tidak menimpakan kepada sesuatu kaum tanpa mengetahui keadannya, yang menyebabkan kita menyesal atas perbuatan kita itu.

Islam juga menyuruh manusia agar meperhatikan anak-anak yatim dan orang-orang yang lemah, sabda Rasulullah;

Barangsiapa mengusapkan tangannya kepada anak yatim dengan kasih sayang maka dia mendapat kebaikan dari setiap helai rambut yang dilewati tangannya (HR. Bukhari Muslim.)

Sedangkan mengenai rumah (tempat tinggal), Islam berpendapat bahwa ia adalah tempat yang patut dipertahankan dan dihormati. Ia tidak boleh dimasuki oleh siapapun tanpa seizin penghuninya.

Kemudian Islam membentengi harga diri manusia dengan berbagai dinding kehormatan sehingga terjamin dari keruntuhan.

Sidang jumah rahimakumullah…

Akhirnya Islam menitik beratkan perhatiannya kepada hal yang menjadi pangkal perpecahan dan pertengkaran. penghormatan khusus kepadanya dengan sabda Rasul ketika beliau menyampaikan khutbahnya yang padat pada waktu haji wada’.

Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah wajib dihormati oleh sesama kalian seperti menghormati diri kalian sendiri, pada bulan kalian ini, di negeri kalian ini.

Begitu lengkapnya system hubungan dalam Islam, sampai-sampai memperhatikan kenyataan-kenyataan yang dialami manusia. Islam tidak menyerang kenyataan-kenyataan, tetapi malah memberi jalan. Begitulah Islam dalam semua sistem-sistemnya.

Apabila seseorang tidak kuat menahan amarah terhadap temannnya Islam nenyediakan baginya kesempatan untuk merendahkan jiwanya sehingga dapat kembali lagi kepada keadaan semula yang wajar. Sabda Rasul yang mulia dalam hal ini :

"Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu, maka yang satu memalingkan mukanya dan yang lain pun sama- sama memalingkan mukanya. Akan tetapi diantara keduanya yang paling baik adalah yang memulai memberi salam"

Dan apabila terlihat oleh Islam suatu permusuhan, maka cepat-cepat ia menyuruh untuk memperbaikinya, dengan firman Allah : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian mendapat rahmat. (al-Hujurot:10).

Sehubungan dengan itu Rasulullah Saw. Bersabda : Tidakkah aku khabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tinggi derajatnya daripada shalat, puasa maupun sedekah ? Para sahabat menjawab, tentu. Maka bersabda Rasul yaitu memperbaiki hubungan sesama kalian, dan rusaknya hubungan adalah bencana yang hebat.

Sedangkan mengenai perkumpulan dengan orang banyak, Islam memperhatikan perasaan orang dengan sabda Rasul yang artinya: "Janganlah hendaknya seseorang menyuruh orang lain untuk berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduki, akan tetapi perluaslah dan lapangkanlah"

Bila kita ikuti terus kandungan hadist tersebut, maka kita dapati lima hal yang pahalanya lebih baik dan mulia yaitu :

  1. Janganlah kamu berbicara yang tidak berguna. Karena pembicaraan yang berlebihan, tidak dapat menjamin kamu bersih dari dosa.
  2. Janganlah membicarakan hal yang kecuali pada tempatnya yang tepat. Karena banyak orang orang yang berbicara tentang sesuatu hal yang berguna, tetapi tidak pada tempatnya, malah tercela.
  3. Janganlah bertengkar dengan orang yang penyantun, maupun orang yang pandir. Karena orang yang penyantun akan membecimu, sedangkan orang yang pandir akan menyakitimu.
  4. Bila saudaramu tidak ada di hadapanmu, bicarakanlah ia tentang hal ikhwal yang baik-baik yang kamu ingin agar ia membicarakan yang demikian. Dan ma'afkan dia dari kesalahan, yang kamu ingin agar dia pun mema'afkan kamu daripadanya.
  5. Dan bekerjalah selaku orang yang sadar bahwa dia akan mendapat ganjaran bila bekerja dengan baik dan akan celaka bila ceroboh.