KHUTBAH JUM'AT : IBADAH YANG PALING UTAMA

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan" (Q.S. AI-Fatihah:5)

"Aku tidak bisa beribadah, aku tidak kerasan". Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh seorang santri kepada seorang guru (wali kelas).

Hal ini terjadi karena ia merasakan bahwa kehidupan pondok ini banyak benturan dengan kegiatan yang sifatnya fisik dan materi, sehingga la merasakan kekosongan hati, ia mengaku tidak bisa tenang dalam sholat, tidak bisa terus bertafakkur dan sebagainya.

Benarkah ibadah di pondok ini kurang ? Sang guru menasehatinya dengan prinsip yang biasa dikumandangkan di Gontor bahwa ibadah itu bukanlah hanya sholat puasa dan menenangkan hati, namun segala perbuatan yang kita lakukan hanya untuk Allah semata adalah ibadah.

Namun ada yang belum memahami nasehat tersebut dan bisa saja ia menolak prinsip di atas, karena yang sudah ia kenal tentang ibadah ialah yang sifatnya ritual pribadi dan menenangkan hati. Memang ada empat kelompok manusia yang termasuk dalam salah satu ayat surat al Fatihah di atas, yang mana empat kelompok tersebut berhak untuk menyandang keutamaan dalam beribadah:

  1. Pertama,
  2. Kelompok yang memandang bahwa ibadah yang paling besar pahalanya adalah yang paling sulit dan sukar dilaksanakan, dan pahala yang kita terima adalah tergantung kepada berat dan sukarnya ibadah yang kita lakukan, Dengan ibadah yang berat tersebut mereka mengekang jiwa mereka, karena dengan demikian mereka terjauhkan dari hawa nafsu, karena setiap jiwa manusia mempunyai sifat bosan, malas dan mencari yang enak, maka dari itu jiwa harus diberi beban yang berat agar ia menjadi baik.

  3. Kedua,
  4. Mereka yang memandang ibadah yang paling utama ialah yang sifatnya meninggalkan dunia. antara mereka yang berpendapat bahwa dengan menyendiri dan bertafakkur mensucikan hati lebik dari pada beribadah dan mencari ilmu. Sebagian yang lain dengan mengosongkan hati terhadap Allah swt, menumpukan segala perhatian untuk mencintai Allah dan berserah diri kepada-Nya. bertawakkal, terus berdzikir tanpa mempedulikan apa yang terdapat dalam hatinya, hal itu mereka lakukan untuk mencapai ridla Allah swt. Namun dari kelompok ini sering terjadi penyimpangan, mereka selalu berdzikir kepada Allah, menyendiri dan berkhalwat, tatkala terdengar adzan, mereka tidak beranjak, karena mereka tidak perlu untuk mendatangi panggilan dzikir, karena mereka sudah berdzikir terus-menerus, mereka beranggapan bahwa panggilan adzan untuk sholat dan berdzikir ditujukan untuk orang-orang yang lalai, sedangkan yang selalu berdzikir untuk apa dipanggil berdzikir. Dari sinilah banyak diantara mereka yang meninggalkan ibadah-ibadah yang sifatnya fardlu.

  5. Ketiga,
  6. Kelompok yang memandang bahwa ibadah yang paling utama disisi Allah ialah yang paling banyak manfaatnya. Bagi mereka ibadah ini lebih tinggi derajatnya dari pada yang sifatnya pribadi, menyendiri dan menjauhkan diri dari masyarakat, maka dari itu mereka cenderung banyak mengabdi kepada manusia, mereka menjadi guru, dai dan semua kegiatan yang bertujuan untuk orang banyak. Di antara dasar pijakan mereka ialah sabda Rasullah saw "Semua makhluk ini adalah asuhan Allah dan mereka yang paling dicintai-Nya ialah yang paling bermanfaat bagi asuhaNya" (HR. Abu ya'la) "Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia" (HR.Tirmidzi dan Abu Umamah)

  7. Keempat,

    Mereka yang mengatakan bahwa ibadah yang utama ialah yang bertujuan keridhaan Allah semata, setiap waktu, tempat dan bentuk amalan apapun mendesak pada saat itu. Bagi mereka segala amalan hanya untuk Allah dan untuk mencapai ridha-Nya, bukan hanya sholat, puasa dan dzikir saja, namun seluruh perbuatan selama ia hidup ditujukan mencari ridla-Nya.

    قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

    "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam."(Q.S al-An'am: 162)

    Kelompok ini selalu mengerjakan segala perbuatan yang paling utama untuk dilakukan sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan.

Ketika masuk sepertiga malam terakhir, maka yang paling utama ialah berjaga, wudlu, sholat, membaca al-quran dan dzikir.

Ketika terdengar alunan adzan subuh, maka yang paling utama adalah mendatangi seruan adzan dan meninggalkan dzikir.

Setelah sholat subuh maka yang paling utama adalah membaca Al-Quran, atau mungkin gerak badan agar badan tetap segar sampai siang dan dapat belajar atau mengajar dengan baik.

Ketika datang waktu belajar atau mengajar, maka yang paling utama mendengarkan keterangan guru, atau mengajar dengan sebaik-baiknya untuk memandaikan sang murid.

Setiap waktu sholat fardlu tiba, maka yang utama adalah melakukannya secara berjamaah pada awal waktunya, dilakukan dengan segala kekhusu'an walaupun harus meninggalkan membaca al-Quran, berdzikir dan belajar.

Ketika datang waktu malam, maka yang utama mengambil air wudlu, berdoa, kemudian istirahat dengan harapan dapat berjaga malam untuk sholat.

Ketika kedua orang tua datang, menyambut mereka dengan segala hormat dan kasih sayang, walaupun harus meninggalkan tugas yang lain sejenak.

Ketika kawan hakit, maka yang utama adalah menjenguknya, dan kalau ada orang meninggal dunia, maka yang paling utama adalah berta'ziah kerumahnya, atau turut serta sampai penguburannya.

Begitu secara terus-menerus melakukan segala perbuatan ditujukan untuk mendapatkan ridla Allah swt, menjalankan tugas sebaik-baiknya, ia selalu berada dimana-mana pada kondisi yang paling utama.

Dengan demikian kelompok keempat ini merupakan orang yang sempurna ibadahnya, ia tetap dalam ibadah di manapun dan kapanpun ia berada, walaupun ia harus keluar dari kelompoknya. Sedangkan tiga kelompok pertama maka ibadahnya kurang sempurna, karena sifat ibadahnya tidak menyeluruh, ketika keluar dari kelompok mereka, mereka tidak lagi dalam keadaan ibadah.

Maka ketika ada perkumpulan ulama, ia (kelompok ke empat) berada di tengah-tengah mereka, ketika ada majlis ta'lim, ia berada di antara mereka, ketika ada perkumpulan orang mengaji ia ada di tengah-tengah mereka, ketika ada kegiatan-kegitan sosial, ia berada ditengah-tengah mereka, ketika ada orang berkumpul bersedekah untuk membantu orang-orang miskin ia ada di tengah-tengah mereka, bahkan ketika datang musibah, ia tetap bersama orang yang terkena musibah, bersabar atas cobaan, walaupun ia tidak merasakan lezatnya ibadah, walaupun kelezatan ibadah diterima orang lain, namun dimata Allah ia menjadi yang utama, ia selalu berada di tengah kumpulan orang-orang sholeh.

Memang orang yang termasuk dalam kelompok keempat ini tidaklah banyak, dan kalau diperhatikan, maka keberadaannya seakan tampak aneh, karena ia berada di mana-mana, ia tidak memiliki bentuk khusus, namun ia berpindah-pindah untuk setiap saat menambah keutamaan dalam ibadah.

Mereka itu yang sempurna dalam ibadah, mereka orang yang mengamalkan firman Allah "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan" dengan sempuma dan menyeluruh, tanpa pamrih kecuali hanya untuk mencapai ridlo-Nya.