KHUTBAH JUMAT : KEMBALI KE JALAN ALLAH

Kaum muslimin rahimakumullah

KHUTBAH JUMAT - Kembali ke jalan Allah, yakni bertobat, merupakan syarat utama bagi setiap manusia yang ingin hidup selamat dan bahagia, khususnya di akhirat nanti, sebab dengan tobat itulah manusia dapat diterima di sisi Allah SWT .

Demikian pula menyegerakan bertaubat juga merupakan keharusan setiap manusia, sebab manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan dia akan mati. Sedangkan, kematian itu dapat saja menjemput kita sekarang, besok, atau lusa.

Karena itu, Allah SWT menganjurkan kepada umat manusia agar segera mohon ampun dan kembali ke jalan-Nya, yaitu jalan hidup yang qur'ani. Allah SWT berfirman,

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

“Dan segeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”(Ali Imran:133)

Meskipun demikian, ternyata masih banyak di antara umat yang belum mau kembali ke jalan Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari, masih banyak orang yang suka melakukan kemungkaran dan kemaksiatan, seperti meninggalkan kewajiban ibadah, suka melakukan kejahatan, korupsi, berjudi, menipu, meminum minuman keras, berzina, serta kekejian-kekejian lain. Akibat perbuatan yang mungkar dan maksiat itu maka banyak terjadi keresahan, ketidaktenteraman, dan kerugian dimasyarakat, baik menyangkut perorangan maupun orang banyak.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Seseorang belum mau bertobat dan kembali ke jalan Allah dikarenakan beberapa sebab berikut. Pertama, ia merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat salah, baik kesalahan yang berhubungan langsung dengan Allah maupun kepada serta makhluk yang lain.

Yang menjadi dasar pijakannya bukanlah Kitab Allah, melainkan hawa nafsunya sendiri, sehingga segala perbuatan yang dipandang salah menurut Al-Qur'an dianggap benar oleh dirinya sepanjang tidak bertentangan dengan hawa nafsunya. Itulah sebabnya ia merasa tidak perlu bertobat dan memohon ampun kepada Allah. Akibatnya, dalam kehidupannya sehari-hari, ia berbuat sesuai dengan perintah nafsu, tak peduli apakah bertentangan dengan kehendak Allah atau meresahkan masyarakat.

Hawa nafsu tidak dapat dijadikan sebagai dasar pijakan hidup sebab sifat nafsu cenderung melakukan keburukan, menimbulkan permusuhan, dan menyebabkan kerusakan. Nafsu juga bagaikan kuda binal. Apabila tidak tidak ada kendali, ia akan liar, merusak dan meresahkan. Karena itu, jika memperturutkan hawa natsu maka seseorang akan cenderung melakukan kemaksiatan atau kemungkaran. Banyak bukti, orang yang suka memperturutkan hawa nafsu dalam hidupnya berakibat dirinya menyesal sepanjang hayat, setelah dia merasakan bahwa hawa nafsu ternyata tidak membawanya kepada kepuasan yang sejati.

Karena itu, marilah kita insafi sedalam-dalamnya bahwa dasar Pijakan hidup yang sesungguhnya bukanlah hawa nafsu, melainkan Kitab Allah. Dialah yang membimbing kita ke jalan hidup yang benar, jalan hidup yang membawa kepada ketenteraman dan kebahagiaan yang hakiki. Hawa nafsu bukanlah untuk dilepaskan berlaku liar, tetapi dikendalikan dengan tali Al-Qur'an sehingga ia berjalan menyusuri jalan-jalan kebenaran yang dapat mengantarkannya kepada kepuasan hidup yang sejati. Jika seseorang mau mendalami Al-Qur'an dan berpedoman kepadanya, kelak ia akan berhati-hati dalam hidupnya dan akan segera bertobat bila ia melakukan sesuatu yang dilarang Al-Qur'an. Maka marilah kita segera kembali ke jalan Allah agar kebahagiaan, ketenteraman, serta kepuasan hidup hakiki dapat segera kita peroleh. Tentang nafsu ini Allah SWT berfirman,

“…sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampum lagi Maha Penyayang.”(Yusuf: 53)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab kedua yang menyebabkan seseorang belum mau bertobat ialah karena ia tidak menyadari bahwa kematian itu bisa datang pada seseorang kapan saja.

Dia tidak pernah menjadikan setiap kematian seseorang sebagai pelajaran yang amat berharga bagi dirinya. Setiap kematian yang dia temui dianggapnya sebagai hal yang wajar, padahal orang yang wafat itu terkadang sebaya dengan usianya, bahkan ada yang jauh di bawah umurnya. Hikmah kematian tidak pernah membuka pintu kesadaran hatinya, sehingga dia tidak pernah mempersiapkan bekal kebajikan dalam hidupnya. Bahkan, ia menganggap bahwa dirinya masih sangat jauh dari kematian dan menyangka panjang umurnya hingga tua bangka. Karena itu, bila diajak orang untuk bertobat, dia selalu mengatakan, "Nanti saja kalau sudah tua." Seseorang yang suka menunda-nunda tobat, kelak dia akan menyesal selamanya jika Allah memanggilnya sebelum dia bertobat.

Marilah kita sadari bahwa kematian itu adalah rahasia Allah. Kapan saja, maut pasti datang menjemput, bahkan sekarang pun bisa terjadi jika Allah menghendaki. Bila kita menyadarinya tentu kita akan segera bertobat dan kembali ke jalan Allah, serta berlomba-lomba memperbanyak amal saleh untuk bekal kembali kepada Allah Dalam hal ajal, Allah SWT berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang waktuna (ajalnya) mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (al-Araf : 34)

Kaum mushmin rahimakumullah,

Sebab ketiga yang menjadikan seseorang belum mau juga kembali ke jalan Allah ialah karena ia masih tergoda oleh hiruk pikuk kehidupan dunia.

la terlalu silau oleh kenikmatan dan kemewahan duniawi sehingga ia terpikat oleh rayuannya. Akibatnya, kenikmatan duniawi itu ia arungi begitu jauh hingga melampaui batas batas agama, sedangkan kenikmatan ukhrawi yang kekal abadi dan dijanjikan Allah ia campakkan begitu saja.

Di tengah-tengah lautan kenikmatan duniawi yang semu itu dia sulit diajak kembali ke jalan Allah atau bersegera bertobat kepada-Nya Barulah setelah lautan kenikmatan itu tidak permah menghilangkan bahwa kenikmatan dunia itu ternyata semu. Akan tetapi, kesadarannya itu tak banyak berguna karena ajal sudah menjemputnya.

Marilah kita berhati-hati terhadap rayuan duniawi, jangan sampat kita tergoda yang menyebabkan kita lupa terhadap kenikmatan akhirat. Boleh saja kita menikmati kebahagiaan duniawi, jangan sampai kita tergoda yang menyebabkan kita lupa terhadap kenikmatan akhirat. Boleh saja kita menikmati kebahagiaan duniawi, dan memang boleh, namun jangan sampai melupakan kebahagiaan di akhirat. Hendaklah segera kembali ke jalan Allah, sebab dengan jalan itulah kenikmatan akhirat dapat diperoleh.

Tentang kehidupan duniawi, Allah SWT berfirman,

“…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(al-Hadid: 20)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sebab keempat yang menjadikan seseorang enggan bertobat ialah karena ia belum merasakan bahwa tobat itu akan membawanya kepada kesehatan jiwa dan ketenteraman hidup.

Dalam penelitian para ahli ilmu jiwa, banyak para penderita penyakit, baik penyakit fisik maupun jiwa, yang disebabkan problem-problem kejiwaan atau karena penyakit hati. Ia bisa disembuhkan dengan jalan bertobat kepada Allah.

Karena itu, marilah kita segera bertobat atau kembali ke jalan Allah agar kita menjadi tenteram dan terhindar dari berbagai penyakit, khususnya penyakit hati. Dalam hal tobat, Allah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus segala kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga...." (at-Tahrim: 8)

Sebab kelima yang menjadikan seseorang tidak mau bertobat ialah karena ia menyangka bahwa dosa-dosanya dapat ditebus dengan materi. Menurut Al-Qur'an, harta kekayaan di akhirat nanti tidak akan dapat menebus dosa, walaupun sepenuh bumi banyaknya, kecuali bila digunakan untuk kebajikan ketika kita di dunia. Maka dari itu, marilah kita segera memohon ampun kepada Allah dan kita gunakan harta itu di jalan-Nya. Kelak, dosa-dosa kita akan dihapus oleh Allah SWT.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama kembali ke jalan Allah merupakan kewajiban setiap manusia yang ingin hidup selamat di dunia dan akhirat. Kedua, seseorang hendaklah bertobat karena ajalnya bisa datang kapan saja, sesuai ketentuan Allah.

Sebagai penutup, marilah kia segera memohon ampun kepada Allah dan kembali ke jalan-Nya, semoga Allah SWT memberi kebahagiaan hidup kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Baca KHUTBAH JUM'AT lainnya ?