CERPEN ANAK | PENTAS SENI BERUJUNG MANIS

CERPEN ANAK - Hallo...sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah, senang sekali masih dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini saya persembahkan tulisan kiriman Ailsa Salsabila Risa Putri yang berjudul PENTAS SENI BERUJUNG MANIS

Karya ini masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 16 Januari 2015 dan Alhamdulillah telah lolos moderasi.Selamat membaca dan jangan lupa berikan apresiasi positif dengan berkomentar yang sopan dan membangun.

Kring....Kring....Kring.... Terdengar bunyi bel yang menandakan istirahat telah tiba.

“Anak-anak, karna sudah tersebgar bunyi bel istirahat, sekian dulu pelajaran dari saya. Sampai bertemu lagi minggu depan. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.” kata Bu Vita sambil membereskan bukunya yang ada di meja guru.

“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh.” Jawab murid-murid kelas VII A SMP N II Kemayoran dengan serempak.

“Akhirnya aku terbebas dari guru yang tukang ngomel itu.” Ujar Cindy dengan sedikit sebal.

“Hey kamu kalau bicara jangan sembarangan ya ! Nggak sopan tau ngganti-ngganti nama guru. Padahal kan Bu Vita orangnya baik hati, lemah lembut, tidak suka marah plus tidak suka ngomel ! Kamu aja yang keterlaluan, masak sih ada murid kalau diberi tugas rumah tidak pernah mengerjakan. Padahal soalnya Cuma tiga kok masih tetap tidak mengerjakan, apalagi kalau soalnya sepuluh? Terus, berarti kalau dia tidak mengerjakan tugas rumah, dia juga tidak belajar dong! N kira-kira, dia ngapain ya di rumah?” Kata Salsa sambil membayangkan apa yang telah diucapkannya itu.

“Sudah-sudah, kok kalian malah bertengkar sih, bukannya waktu istirahat itu untuk bersenang-senang. Kok kalian malah bertengkar sih!....” Sahut Putri sambil melerai Cindy dan Salsa.

“Eh kamu Put, nggak usah ya yang namanya cari perhatian dengan cara melerai kita berdua di depan teman-teman kita. Jadi teman-teman semuanya khususnya untuk kelas VII A, kalian harus ingat, ya! Kalau besok naik ke kelas VIII pilih aku aja untuk jadi ketua kelas karena akulah yang paling cantik, paling kaya, dan hampir seluruh sekolahan ini kenal aku dari kelas IX, kelas VIII, kelas VII, guru-gurunya, serta pak kebun pun kenal sama aku karena kecantikanku. O iya, aku punya satu pertanyaan lagi untuk kalian yaitu : kenapa pada awal masuk ke kelas VII hampir satu kelas pada milih Putri? Apa sih yang bisa dibanggakan darinya? Pada hal kan dia miskin, ehm... juga tidak terlalu cantik, plus dia juga mendapatkan beasiswa dari sekolahan kita.” Ujar Cindy sambil melirik Putri. Dan Salsa pun langsung menyahut pembicaraan Cindy,

“Tapi kan dia hebat meskipun dia miskin. Dia hidup di kampung, tapi dia selalu mengerjakan tugas rumah yang diberikan bu guru maupun pak guru. Terus kalau ulangan dia selalu mendapatkan nilai seratus, dan selalu menjadi juara satu di kelas ataupun paralel. Dan, mendapatkan beasiswa bukan karena bantuan untk oarng yang kurang mampu, tetapi karena dia menjadi siswa yang berprestasi. Karena itulah dia mendapat beasiswa.” Betul, betul, betul. Kami percaya kalau kamu Cindy kaya, anak kota, cantik, dan terkenal. Tetapi sayang, kamu memiliki hati yang tidak sebaik fisikmu. Kenapa aku berkata seperti ini? Karena kamu memiliki sifat sombong, egois, suka menang sendiri, merasa dirimu yang paling benar, plus kamu juga belum bisa menghormati guru-guru yang mengajarimu.” Ujar Rysa sambil memasukkan bukunya ke dalam tasnya.

“Hey Cin, daripada kita dengerin katak yang lagi ceramah, mendingan ke kantin....” Ujar Nanda ke Cindy.

“It’s OK, ide bagus, come on girls!” Ajak Cindy kepada Nanda dan Margareth.

“Jadi maksud kalian kita ini ........” Perkataan Salsa dipotong oleh Putri, dan berkata, “Sudah-sudah, perkataan orang seperti itu tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Anggap saja angin berlalu.”

”Betul betul betul. Ya sudah kalau begitu ayo kita ke kantin, aku yang traktir deh...” Ujar Rysa sambil mengambil dompetnya.

“Benar, Rys. Horeee...”Kata Putri dan Salsa serempak dan penuh semangat.

Sesampainya di kantin, Cindy, Nanda, dan Margareth mulai berbincang-bincang tentang konser Justin Bieber yang ada di Jakarta.

“Eh, kemarin kalian lihat nggak mukanya Justin Bieber, iiih... ganteng banget!” Ujar Margareth sambil mencubit pipi Nanda.

”Auw...! sakit tau. Tapi kelihatannya bagus suaranya deh daripada mukanya.” Kata Nanda sambil minum jus yang telah dipesannya.

“Hey, kalian gimana sih nge fans kok separuh-separuh! Kayak aku donk semua aku sukai dari Justin Bieber, entah handsomenya, suaranya, maupun lagu yang diciptakannya.” Ujar Cindy sambil membayangkan Justin Bieber.

“Eh girls, dengerin deh, kelihatannya Putri, Salsa, Rysa kemarin juga nonton. Tapi aku juga nggak tau mereka itu nonton apa?” kata Nanda sambil melihat ke arah Putri.

“Tapi mereka juga nggak mungkin kalau mereka nonton konser Justin Bieber!” Ujar Nanda.

“Makanya kalian diam dulu!” Bentak Cindy kepada temannya.

“Eh, kemarin itu narinya bagus banget ya! Aku paling suka waktu tarian Jaipong.” Ujar Putri sambil memakan camilan yang telah dibelinya.

“Iya ya, aku paling suka pnari yang pakai baju merah, gerakannya sangat gemulai.” Sahut Salsa, dan Rysa pun ikut-ikutan menjawab, “betul betul betul, gerakannya lemas sekali.”

“ooo... jadi kemarin kalian pada nonton tarian Jaipong ya. Iiiih... jadul banget sih tontonan kalian!” Kata Cindy sambil tertawa kecil. Dan Putri pun menjawab,

“Meskipun Jadul, tapi kan tarian Jaipong masih tetap termasuk kebudayaan Indonesia. Jadi kita harus menjaga dan melestarikannya. Hal ini bermanfaat agar kebudayaan Indonesia tidak luntur dan tidak tergantikan dengan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia seperti kamu Cindy. Otakmu sudah tercuci oleh kebudayaan asing, dan akhirnya kamu lupa deh dengan kebudayaan Indonesia.”

“Hey Putri, kamu nggak usah sok-sokan nyeramahin aku ya. Hari gini masih membahas kebudayaan Indonesia! Aduuh.. sorry la yaw malas banget.” Ujar Cindy kepada Putri.

“Hellooo... Cindy, aku itu harus bilang berapa kali sih! Kamun itu Cuma habis-habisin tenaga kamu, hanya untuk bertengkar dengan anak miskin ini. Huuuh... capek deh!” Kata Margareth.

“Hey, kedengarannya itu bel masuk deh.” Ujar Salsa sambil menghabiskan minumannya itu.

“Betul betul betul.” Sambil Rysa. Akhirnya Margareth, Nanda, Cindy, Putri, Salsa, dan Rysa masuk ke kelasnya mereka masing-masing.

Sepulang sekolah, Putri, Salsa, dan Rysa kumpul di depan aula. Dan Putri pun berkata, “Bagaimana kalau kita ekstranya pulang sekolah langsung. Jadinya nggak mondar-mandir dari sekolahan ke rumah. Habis itu ke sekolahan lagi, terus kalau sudah selesai ekstranya pulang lagi deh ke rumah. Kan capek. Mendingan pulang sekolah langsung ekstra jadinya nggak terlalu capek, dan hemat biaya lagi, karena kita cuma naik bis dua kali saja.”

“O iya ya, kamu benar Put. Nanti pulangnya jadi nggak terlalu malam jam 04.00 sudah pulang deh!” Ujar Salsa. Dan Rysa pun melanjutkan, “Betul betul betul.”

“Ehm... pulangnya ya tetap jam 05.00 lah. Maksud aku biar ekstranya lebih lama dan kita bisa cepat bisa.” Kata Putri. “Yaaah... sebenarnya aku malas ekstra nari.” Sambung Rysa.

“Loh! Kalian kok malah jadi malas seperti ini. Biasanya kan kalian yang paling suka kalau disuruh menari... Ehm... aku tahu pasti karena perkataan Cindy di kantin tadi ya? Iiiih!!! Masak sih kalian baru denger tarian itu jadul, masak langsung pada lemes untuk nari! Ayo dong, mana semangat kalian berdua... jangan sampai otak kalian pada tercuci dengan budaya asing, seperti si Cindy!” Kata Putri dengan sedikit sebal.

“Iya Put, kamu benar. Hampir saja aku ikut-ikutan Cindy. Ya sudah kalau begitu aku mau, bahkan 3 jam pun aku mau. Ayo dong Rys, semangat!!!” Ujar Salsa sambil mengepalkan tangannya ke atas.

“Semangat!!!” Jawab Rysa dan Putri dengan serempak dan penuh semangat. “Eh! Lihat tuh. Kelihatannya itu Bu Eva ke arah sini deh. Ayo masuk...!” Kata Rysa sambil berlari menuju aula.

“looh!!! Kok tumber sih kalian sudah pada ngumpul? Biasanya kan pulang dulu baru ekstra.” Tanya Bu Eva dengan sedikit heran. Dan Putri pun menjawab,“Iya Bu, mulai hari ini kita ingin ekstranya langsung pulang sekolah agar latihannya lebih lama Bu...”

“Kalian serius?emangnya kalian pada tidak capek?” Tanya Bu Eva lagi. “Mana mungkin kita kenal yang namanya capek, Bu...” Jawab Salsa dengan penuh percaya diri.

“O iya, besok dua hari lagi sekolahan kita mau mengadakan SKS. Nanti pada waktu SKS kalian menampilkan tarian kalian ya...” Pinta Bu Eva kepada Putri, Rysa, dan Salsa.

“Oke, siap Bu. Tapi ngomong-ngomong SKS itu apa ya Bu?” Tanya Rysa keheranan. Dan Bu Eva pun menjawab, “SKS itu kepanjangan dari Semarak Kreasi Siswa. Jadi kalian sudah pada tau kan SKS itu apa... Kalau begitu mulai hari ini dan dua hari berikutnya setiap sekolah kita berlatih menari di aula ya... ya sudah kalau begitu ayo kita mulai berlatih menarinya.” Dan akhirnya Putri, Salsa, dan Rysa berlatih menari dengan penuh semangat. Meskipun mereka selesai latihan hingga pukul 05.30 sore. Meskipun begitu mereka tidak akan melupakan belajar, sholat, dan ngajinya. Dua hari telah berlalu, itulah saat yang telah ditunggu-tunggu, yaitu acara SKS. Acara ini sengaja diadakan

Baca karya-karya lainnya ?