Thursday, June 27, 2024

Cerita lucu : Panggilan Ayam Kampung

Di suatu pagi yang cerah, Pak Budi sedang bersantai di teras rumahnya sambil menikmati secangkir kopi. Tiba-tiba, ia melihat seorang pria yang tampak bingung berdiri di depan rumah tetangganya yang baru pindah. Pria itu adalah Pak Joko, tetangga baru yang belum sempat berkenalan dengan semua warga.

Pak Joko, dengan wajah kebingungan, memutuskan untuk bertanya kepada Pak Budi yang terlihat ramah. "Permisi, Pak," sapa Pak Joko sopan. "Saya Pak Joko, tetangga baru di sini. Boleh tanya sebentar?"

Pak Budi tersenyum dan menyambutnya dengan ramah. "Oh, halo Pak Joko! Tentu saja, ada yang bisa saya bantu?"

Pak Joko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Begini, Pak. Saya baru saja membeli beberapa ayam kampung untuk dipelihara di halaman belakang. Tapi saya bingung, di sini biasanya kalau memanggil ayam kampung itu pakai apa, ya?"

Pak Budi menahan tawa mendengar pertanyaan yang tak terduga itu, namun ia tetap menjawab dengan serius. "Biasanya sih, Pak, kalau di sini memanggil ayam kampung pakai piring, sendok, dan garpu."

Pak Joko terdiam sejenak, mencoba mencerna jawaban Pak Budi. Lalu, ia pun tersenyum lebar ketika menyadari lelucon yang diselipkan Pak Budi. "Ah, Pak Budi bisa saja. Maksud saya bagaimana cara memanggil ayam supaya mereka datang, bukan untuk dimakan," jawab Pak Joko sambil tertawa.

Pak Budi ikut tertawa dan menjawab, "Oh, begitu. Maaf, Pak Joko. Biasanya kita memanggil ayam kampung cukup dengan memberi mereka makanan atau memanggil dengan suara khas, seperti 'cluk-cluk-cluk'. Mereka pasti akan datang kalau mendengar suara itu."

Pak Joko mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih banyak, Pak Budi. Sekarang saya tahu caranya. Sekalian, terima kasih juga atas leluconnya. Lumayan, bikin pagi saya jadi lebih ceria."

"Ah, tidak apa-apa, Pak Joko. Selamat beternak ayam, semoga sukses," kata Pak Budi sambil melambaikan tangan.

Keduanya pun tertawa bersama, dan Pak Joko melanjutkan harinya dengan semangat baru setelah berkenalan dengan tetangganya yang humoris. Cerita ini menunjukkan betapa humor sederhana bisa menciptakan hubungan yang lebih akrab dan menyenangkan di antara tetangga.

0 Comments:

Post a Comment