MEMICU DORONGAN BELAJAR

MEMICU DORONGAN BELAJAR - Tidak diragukan lagi bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada murid untuk belajar. Karena seorang murid, meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti tetap akan ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini mesti dipelihara secara terus-menerus. Perkara ini tidak mungkin dilalaikan oleh pendidik manusia. Beliau Rasulullah SAW selalu memompa semangat pada diri muridnya melalui :

1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu dan mencari ilmu.

Beliau bersabda, “Barangsiapa yang meniti sesuatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan menggantarkan jalannya ke surga, dan sesungguhnya para Malaikat memayungkan sayap-sayapnya karena ridho kepada penuntut ilmu. Dan sesungguhnya penghuni langit dan bumi hingga ikan paus didalam air memohonkan ampunan bagi orang alim. Keutamaan seorang alim diatas seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaan rembulan diatas semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mempelajarinya, maka dia telah memperoleh warisan yang melimpah.”(diriwayatkan oleh Tirmidzi (2682), Abu Dawud (3641), Ahmad (21208), Ibnu Majah (223).

Dan tatkala ada tiga orang yang datang, sementara Nabi sedang duduk bersama para sahabatnya. Salah seorang duduk dibelakang halaqah, yang kedua melihat lowongan diantara para sahabat, lalu dia duduk disana dan yang ketiga berlalu begitu saja, setelah itu beliau bersabda, “Adapun yang pertama maka dia berlindung kepada Allah lalu Allah melindunginya, adapun yang lain, maka dia malu, sehingga Allah malu daripadanya. Adapun yang terakhir, maka dia berpaling, sehingga Allah berpaling darinya.”(diriwayatkan Bukhari (66), Muslim (2176).

2. Membuat murid merasa membutuhkan ilmu.

Ketika seorang sahabat melaksanakan shalat dengan tidak tepat, Nabi bersabda,”Ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat.” Nabi mengulang ucapan ini berkali-kali, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan belajar. Lalu dia berkata,”Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat dengan selain yang telah saya lakukan.” (diriwayatkan Bukhari (757), Muslim (397).

Jelas berbeda antara pengajaran Nabi kepada-nya secara permulaan dengan pengajaran beliau setelah orang itu merasa membutuhkan ilmu. Ia pun datang mencari dan bertanya tentangnya.