Sebenarnya kalimat ini dari orang-orang yang bijak, bukan dari saya, saya hanya mengkopi saja kalimat-kalimat mereka. Mereka memberikan permisalan bahwa orang yang selalu mencari-cari aib orang lain itu bagaikan lalat yang hanya akan hinggap pada luka. Hanya menambah sakit tetapi tidak meninggalkan faedah sama sekali.
Type orang seperti ini biasanya ditandai dengan kata “akan tetapi”, sehingga setiap kali menilai sesuatu selalu saja: “sudah bagus, akan tetapi….”
Sekarang coba kalian perhatikan apa yang akan dikatakan setelah “akan tetapi” itu,
semua terdiam, saling bertanya dan saling menggelengkan kepala.
"yang pasti kritik, nada menyalahkan, dan pernyataan yang menjatuhkan." kataku melanjutkan.
Kebahagiaanku dan kebahagiaanmu itu terletak dalam bagaimana membahagiakan orang lain, bagaimana menciptakan kegembiraan pada diri mereka, dan bagaimana menempatkan potensi, kemamuan dan kebaikan mereka.
Sejauh pengalaman saya, semakin kita menghormati, memperhatikan dan mengakui kebaikan orang lain, maka akan semakin besar pula penghormatan, perhatian dan pengakuan mereka terhadap diri kita.
Sebaliknya, semakin kita tak acuh dan berpaling dari mereka maka semakin pula mereka tak acuh dan berpaling dari kita.
Apakah bisa dikatakan orang cerdas, orang yang ingin dihormati orang lain sementara dia sendiri menginginkan orang lain terpuruk ? Tentu saja sangat tidak adil.
Untuk itu anak-anakku apa yang teman kalian lakukan tadi hendaklah jadi pelajaran bagi kita semua disini. Jangan menanam keburukan, karena suatu saat nanti kamu akan memanen keburukan. Tapi berbuatlah sebaliknya tanamlah kebaikan sehingga kelak kamu akan memanen hasil yang sangat memuaskan. Jadi ingat 'SIAPA MENANAM, AKAN MENGETAM."
Tapi pak, berbuat seperti itu kan tidak mudah. kata salah satu siswa.
betul, makanya yang dapat melakukannya pahala besar sudah menantinya
Sumber : La Tahzan - Dr. Aidh Al Qarni
0 Comments:
Post a Comment