Tuesday, March 10, 2015

CERPEN ANAK | The LITTLE UNIQUE and DIFFERENT SUN

CERPEN ANAK - Hallo...sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah, senang sekali masih dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini saya persembahkan tulisan kiriman Yumna Nabila Adi yang berjudul THE LITTLE UNIQUE AND DIFFERENT SUN

Karya ini masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 10 Maret 2015 dan Alhamdulillah telah lolos moderasi.Selamat membaca dan jangan lupa berikan apresiasi positif dengan berkomentar yang sopan dan membangun.

“Kakak sedang apa?” pertanyaan Nindy adikku membangunkan lamunanku. Malam itu, seusai belajar aku melamun di teras rumah. Aku hanya menggeleng saja, tanpa begitu menanggapi pertanyaan Nindy. “kalau adiknya tanya itu dijawab dengan baik donk, kak” nasihat ibu sambil menyodorkan secangkir teh hangat untukku dan susu hangat untuk Nindy. “kalau aku menjawab, apakah nindy akan mengerti?” jawabku dengan nada ketus dan segera berlalu menuju kamar.

“uhh, sebal sekali aku, kenapa kerja kelompoknya harus di rumahku?, apalagi di rumah ada nindy, itu akan sangat memalukan. Nindy bisa bicara tidak jelas di depan teman-teman, meneteskan air liurnya yang menjijikkan itu. Uhh makin sebal saja aku”. Gerutuku sedari tadi. Perkenalkan, namaku Meta, aku duduk di kelas 5 SD. Kalian tau, apa alasanku sedari tadi terus menggerutu?, begini, besok sepulang sekolah teman-teman akan mengerjakan tugas kelompok di rumahku, well, sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan. Tapi masalahnya ada di Nindy.

Nindy, oh Nindy. Adikku satu satunya, yang AUTIS. Kalian bisa membayangkan bukan, betapa teman-teman pasti akan mengejekku bila melihat keadaan Nindy. Aku memang anak pindahan, jadi teman-teman belum begitu mengenalku, apalagi mengenal adikku. Dan begitu melihat adikku berbeda dari anak-anak lainnya, apa yang akan mereka katakan?. Ah, sebaiknya malam ini aku segera tidur, malam sudah terlalu larut.

Aku berjalan memasuki kelas dengan badan lunglai karena semalam tidur terlalu malam. “selamat pagi, meta yang cantik...”, sapa Indah dan Tara riang. “pagi juga, teman-teman” jawabku datar. “hmm.. kamu tampak kurang bersemangat pagi ini, tapi tentu kamu tidak lupa dengan rencana belajar kelompok kita sepulang sekolah nanti, kan?” tanya Tara. “tentu” jawabku datar. “baiklah, mari kita bergegas masuk kelas” Indah mengingatkan. “baiklah” jawabku dan Tara kompak.

Tet..tet..tet.. bel pulang sekolah berbunyi amat nyaring. Aku segera bergegas menggendong tas, mencium tangan pak guru dan berlari-lari kecil menuju tempat parkir sepeda. “Nindy, kita pulang bersama ya. Kan setelah ini kita akan belajar kelompok di rumahmu” sapa Tara dan Indah riang. “Terserah kalian saja” jawabku. Kami bertiga segera mengayuh sepeda masing-masing. Selama perjalanan kami tidak bercakap-cakap tentang apapun.

“hfff” aku bergeming sambil mengusap peluh. Setelah ku parkirkan sepeda, aku, Tara, dan Indah segera masuk ke dalam rumah. “Assalamu’alaikum..” kami bertiga mengucap salam bersama. Tidak ada jawaban dan yang ku lihat adalah.. Oh tidak, Nindy. Belum sempat aku mencegah Indah dan Tara.“wahh! Adikmu lucu dan manis sekali Meta.” Komentar Indah. “iya, benar” tambah Tara. “kenapa kamu tidak pernah bercerita pada kami kalau kamu punya adik yang manis ini? Tanya Indah sambil mencubit-cubit pipi Nindy. “Di.. dia...” jawabku lirih. “Iya, dia kenapa , Meta?” Desak tara penasaran. “Dia Autis!” jawabku akhirnya.

Tes, tes, tes. Tak terasa air mataku jatuh. Indah menepuk-nepuk pundakku “Meta, kenapa kamu harus malu? Nindy itu unik, dan cantik”. “Kalian tidak mengejekku?” tanyaku. Tara dan Indah menggeleng pelan. “tidak, Meta” jawab Tara. Setiap manusia punya keunikan, kelebihan, seta kekurangannya masing-masing. Nindy boleh saja autis atau punya keterbelakangan mental, tapi aku yakin, dia pasti punya kelebihan” Indah menambahkan. “Terima kasih, Tara, Indah. Kalian ternyata berhati mulia” akhirnya aku berhenti menangis juga. Aku pun segera memeluk Nindy, aku mencurahkan kasih sayangku pada adikku yang mungkin dulu tidak pernah kuberi kasih sayang.

“Loh, kalian sudah pulang toh?” tanya ibu keluar dari ruang tengah. “iya, tante” jawab Tara dan Indah bersamaan. “nah, sekarang Nindy sama ibu saja, ya. Biar kak Meta, dan teman-temannya bisa belajar kelompok” saran ibu. Nindy menurut saja seraya tersenyum riang, ia berjalan beriringan dengan ibu masuk ke dalam kamar. Aku berjanji dalam hati, aku akan lebih menyayangi Nindy karena ialah mentari kecilku yang unik dan berbeda.

Baca karya-karya lainnya ?

0 Comments:

Post a Comment