PAGAR 13 BINTANG (eps.8)

PAGAR 13 BINTANG (eps.8)– Bagi yang ketinggalan episode 7 baca dulu bagian episode kemaren biar nyambung ceritanya

“pak Kardi…….!!!!!” “mas…..mas bangun mas…….. mas Firman mimpi apa ?” “oh……” aku terbangun sambil memandangi terus orang tua yang ada didepanku. “mas Firman kenapa, tadi mimpi apa tho kok sampe teriak-teriak seperti itu ?”. “bapak masih hidup ?” aku bertanya sambil terus memperhatikan pak Kardi. “iya mas saya masih hidup, mas Firman cuma bermimpi, ya sudah cuci muka dulu sana, nanti baru cerita !”, perintah pak Kardi. Setelah aku selesai mencuci muka, kemudian kami berjalan-jalan keliling kampung yang masih sepi.

“semalam mas mimpi didatangi kakek tua yang membawa parang ya ?”,

“bapak tau dari mana ?”,

“he..he..semua teman mas Firman yang pernah datang ke sini juga mengalami itu”.

“trus apa yang terjadi dengan mereka pak ?”,

“yah begitulah, mereka semua hilang tanpa jejak”,”salah mereka sendiri juga sih”

“kenapa begitu pak ?”

“saya sudah bilang sama mereka, nanti malam jangan tidur ditempat yang sama, tapi mereka sok berani, ndak percaya apa kata saya”.

“jadi bapak tau dimana keberadaan mereka ?”

“kalau saya tau mas, sudah saya tunjukkan sama mas Firman dimana mereka berada”.

Tak terasa kami sudah jauh berjalan, hingga sampailah kami disebuah gubuk kosong. Kami beristirahat disana sambil menunggu matahari terbit. Udara pagi itu masih segar sekali, belum banyak polusi, tidak seperti yang aku rasakan dikota. Pembicaraan kami berlanjut “pak kardi, kemarin katanya mau melanjutkan ceritanya, ayo dong !”, pintaku setengah memaksa. “baiklah, begini saya akan ceritakan semua yang saya tau”, “dulu desa Asem Pahit ini sangatlah ramai, kami semua hidup rukun, budaya kami saling tolong-menolong antar sesama warga, suatu ketika datanglah keluarga baru yang datang dari kota yaitu keluarga pak Ahmad, dia adalah pewaris tunggal dari tuan saya bapak Karman Wiro Atmojo orang paling kaya di desa ini, dia menempati rumah peninggalan orang tuanya setelah 40 hari meninggal, sebenarnya pak Ahmad sangatlah ramah sama seperti bapaknya, bahkan dia terkenal sangatlah dermawan”,

“kring……kring…..” HPku tiba-tiba berbunyi. “ma’af ya pak saya terima telpon dulu”, “ya, silahkan mas”, “hallo, siapa ini “, “hallo saya Juna, ma’af saya pake nomor yang baru”, “oh, pak Juna, ada apa pak ?”, “gimana sudah dapat informasinya ?”, “sudah pak, tapi belum banyak”, “ok, lanjutkan, nanti kalo sudah dapat titik terangnya tolong hubungi saya ya !”, “ok pak”. Tut…tut…. Telepon pak Juna putus. Aku melanjutkan perjalanan sambil mendengarkan cerita dari pak Kardi. “ayo pak kita jalan lagi sambil cerita”, pak Kardi berdiri kemudian berjalan disampingku.

Sambil berjalan pak Kardi melanjutkan ceritanya “ketika kesini bu Aisyah istri pak Ahmad dalam keadaan hamil putra kedua mereka, karena ini desa terpencil tidak ada bidan atau dokter adanya cuma dukun beranak, itupun adanya didesa tetangga” tak terasa kami sudah sampai di kediaman pak Kardi. Kami duduk berdua di depan rumah sambil terus berbincang-bincang. “kemudian apa yang terjadi dengan bu Aisyah pak ?”, “yah, ketika ibu Aisyah akan melahirkan, saya disuruh bapak untuk memanggil dukun beranak”. “saya pergi kedesa sebelah, namun setelah saya sampai kerumah pak Ahmad bersama dukun beranak tersebut, ternyata……..”

Mua'af sekali lagi pembaca, tampaknya pembaca harus sabar menunggu apa yang akan terjadi di episode 9. He….he….he…. tenang tarik nafas dulu, kalau tidak berani baca sendiri anda juga bisa mengajak teman anda untuk berbagi keseruan membaca cerita ini, dengan cara share cerpen ini via facebook, twiter, atau google +

kisah selanjutnya di episode 9