Halo, teman-teman!
Selamat datang kembali di blogku. Setelah pengalaman mendebarkan di rumah #13* bersama Pak Rudi, kami mendapatkan banyak petunjuk baru yang mengarah pada praktik okultisme yang dilakukan oleh keluarga Wiryawan. Pada episode kali ini, aku akan menceritakan tentang penelusuran lebih lanjut yang membawa kami ke masa lalu, mengungkap rahasia keluarga Wiryawan dan entitas yang mereka panggil.
Setelah penyelidikan yang menegangkan, aku dan Pak Rudi memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang keluarga Wiryawan dari sumber-sumber lain. Kami tahu bahwa buku-buku dan catatan yang ada di rumah itu hanya sebagian dari cerita lengkap. Untuk itu, kami mengunjungi perpustakaan kota dan arsip sejarah, berharap menemukan petunjuk yang lebih mendalam.
Di perpustakaan kota, kami menghabiskan berjam-jam mencari artikel, foto, dan catatan sejarah tentang keluarga Wiryawan dan rumah #13*. Akhirnya, kami menemukan beberapa artikel lama yang mengungkap lebih banyak tentang latar belakang keluarga ini.
Artikel pertama yang menarik perhatian kami adalah sebuah berita dari tahun 1920-an. Artikel tersebut menceritakan tentang keluarga Wiryawan yang sangat kaya dan berpengaruh pada zamannya. Mereka dikenal memiliki banyak bisnis sukses dan sering mengadakan pesta mewah di rumah mereka. Namun, ada desas-desus tentang praktik okultisme yang dilakukan oleh keluarga ini di balik pintu tertutup. Beberapa tetangga melaporkan melihat cahaya aneh dan mendengar suara-suara aneh dari rumah mereka pada malam hari.
Artikel lain dari tahun 1930-an melaporkan tragedi yang menimpa keluarga Wiryawan. Seorang anggota keluarga, Raden Wiryawan, ditemukan tewas dengan cara yang misterius. Penyebab kematiannya tidak pernah terungkap, tetapi banyak yang percaya bahwa itu ada hubungannya dengan praktik okultisme yang mereka lakukan. Sejak saat itu, rumah #13* mulai dikenal sebagai tempat yang angker dan ditinggalkan oleh keluarga Wiryawan.
Saat kami terus menggali lebih dalam, kami menemukan sebuah buku harian yang disumbangkan ke perpustakaan oleh seorang sejarawan lokal. Buku harian ini milik seorang pelayan yang bekerja untuk keluarga Wiryawan pada masa itu. Di dalamnya, terdapat catatan harian yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sehari-hari di rumah #13*.
Salah satu entri menarik dalam buku harian itu menceritakan tentang malam-malam ketika keluarga Wiryawan mengadakan pertemuan rahasia di ruang bawah tanah. Pelayan itu menulis bahwa dia sering mendengar suara-suara aneh dan melihat cahaya redup dari celah pintu. Dia juga menyebutkan bahwa keluarga Wiryawan memiliki sebuah ruangan rahasia di mana mereka menyimpan buku-buku mantra dan artefak okultisme.
Aku merasa bahwa informasi ini sangat berharga dan memutuskan untuk kembali ke rumah #13* bersama Pak Rudi untuk mencari ruangan rahasia yang disebutkan dalam buku harian tersebut. Kami merasa yakin bahwa ruangan itu mungkin menyimpan lebih banyak petunjuk tentang entitas jahat yang menguasai rumah ini.
Dengan persiapan yang lebih matang, kami kembali ke rumah #13* pada malam hari. Suasana rumah tetap sama, suram dan penuh misteri. Kami memasuki rumah dengan hati-hati, mengarahkan senter kami ke setiap sudut untuk mencari petunjuk baru.
Berdasarkan deskripsi dalam buku harian, kami menuju ke ruang bawah tanah dan mulai mencari tanda-tanda keberadaan ruangan rahasia. Setelah beberapa saat mencari, kami menemukan sebuah dinding yang tampak sedikit berbeda dari yang lain. Dengan hati-hati, kami mengetuk dinding tersebut dan mendengar suara hampa dari baliknya.
Pak Rudi mencoba menekan beberapa batu bata di sekitar dinding itu, dan tiba-tiba, salah satu batu bata bergerak. Kami mendorong batu bata tersebut, dan dinding itu terbuka, memperlihatkan sebuah pintu yang tersembunyi. Dengan perasaan tegang, kami membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan rahasia itu.
Di dalam ruangan, kami menemukan rak-rak yang penuh dengan buku-buku tua, artefak aneh, dan benda-benda ritual. Di tengah ruangan, ada sebuah meja besar dengan sebuah buku besar yang terbuka. Buku itu penuh dengan mantra-mantra dalam bahasa kuno yang tidak kami mengerti.
Namun, yang paling menarik perhatian kami adalah sebuah patung kecil yang terbuat dari batu hitam. Patung itu menggambarkan sosok yang sangat menyeramkan, dengan mata merah yang tampak hidup. Di sekitar patung itu, terdapat lingkaran simbol-simbol yang sama seperti yang kami temukan di ruang bawah tanah.
Pak Rudi memutuskan untuk mengambil beberapa foto dari buku dan artefak di ruangan itu untuk dianalisis lebih lanjut. Kami juga mengambil patung batu hitam itu, merasa bahwa itu mungkin menjadi kunci untuk mengungkap misteri ini lebih lanjut.
Saat kami bersiap untuk meninggalkan ruangan rahasia, kami mendengar suara langkah kaki yang berat dan suara berbisik yang tidak bisa kami pahami. Kami segera keluar dari rumah dengan cepat, membawa semua barang yang kami temukan.
Kembali di apartemenku, aku dan Pak Rudi memeriksa foto-foto dan barang-barang yang kami bawa. Kami menyadari bahwa patung batu hitam itu mungkin memiliki kekuatan yang sangat kuat dan berbahaya. Pak Rudi menyarankan agar kami mencari bantuan dari seorang ahli bahasa kuno untuk menerjemahkan buku mantra yang kami temukan.
Nantikan episode selanjutnya di mana aku dan Pak Rudi akan bertemu dengan seorang ahli bahasa kuno untuk menerjemahkan buku mantra dan mencari tahu lebih lanjut tentang patung batu hitam yang misterius. Apakah kami akan menemukan cara untuk mengalahkan entitas jahat ini? Sampai jumpa di posting berikutnya!
Salam misteri,
Maya
0 Comments:
Post a Comment