Tuesday, April 9, 2019

Dongeng Fabel : Si kodok yang kehilangan ekor

DONGENG FABEL | KISAH KODOK YANG KEHILANGAN EKOR - Di sebuah kolam yang indah dan jernih, nampaklah sekumpulan kodok tengah melakukan berbagai macam aktifitasnya masing-masing.

Ada yang sekedar berbaring menatapi sinar matahari, berenang-renang, ada pula yang melompat-lompat dari tepian kolam ke tengah kolam.

Namun tiba-tiba salah satu dari mereka ada yang berteriak dengan agak keras;

“Kemanakah ekor yang kita miliki sewaktu kita jadi berudu dulu?”Tanya satu ekor kodok.

Kodok lainnya yang mendengar pertanyaan itu, mendadak menghentikan aktifitas mereka masing-masing. Tak ada yang bisa menjawab.

Lalu lewatlah seekor kadal yang pernah putus ekornya, dan saat itu ekornya yang baru tumbuh bercabangdua. Kodok-kodok itu pun curiga,

“Mmmm…mungkin si kadallah yang telah mencuri ekor kita secara diam-diam,” pekik seekor kodok yang palingkecil.

Beberapa kodok tampak manggut-manggut mengiyakan saja.

“Benar, pastilah ekor kita dahulu dicuri kadal”

Seekor kodok yang paling besar menegur si Kadal,

“ Hey, kadal yang tidak tahu malu, kembalikan ekor kami yang kalian curi” teriaknya lantang.

Kadal yang tadinya tenang, tampak geram sambil menjawab.

“Hahahaha, kodok yang mudah berprasangka…darimana kalian tahu kalau kami yang mencuri ekor kalian dahulu, mana buktinya?”

Para kodok tampak bingung dan saling memandang kesesamanya.

“Cobalah sedikit berfikir sebelum menuduhkan apapun. Ekor kami hilang juga tapi bukan dicuri, tetapi kami sendirilah yang melepaskan-nya karena menghindari bahaya. Sedangkan ekor kalian hilang, karena kalian berubah bermetamorfosis dari fase kehidupan di air ke kehidupan di darat.“ Si kadal memberi penjelasan.

“Allah menghilangkan ekor kalian. Agar kalian tidak kerepotan berjalan melompat di darat.Tapi Allah sangat baik sekali tidak menghilangkan selaput renang diantara jari kaki kalian agar kalian dapat berenang dengan cepat di dalam air. Ingatlah menuduh tanpa bukti itu artinya tidak baik,” si kadal mengingatkan dengan bijak.

Para kodok memperhatikan sela-sela jari kaki mereka dan tersenyum. “Alhamdulillah,terimakasih temanku Kadal yang bijaksana. Kami seharusnya bersyukur telah dikaruniai sesuatu yang luar biasa. Kami bisa hidup di dua alam. Di darat dan di air”.

Para kodok dan kadal saling bersalaman, mereka bersama-sama menghabiskan waktu dengan saling berbagi cerita dan pengalaman, hingga sinar matahari mulai terasa menyengat teriknya.

0 Comments:

Post a Comment