KISAH HARU DI HARI PELEPASAN

KISAH HARU DI HARI PELEPASAN - KUMPULAN TULISAN 25 Pagi ini matahari bersinar dengan cerahnya, aku datang ke sekolah lebih pagi dari pada biasanya. Suasana disekolah tak begitu ramai karena hari ini memang hari libur bagi adik kelas, sementara kami siswa-siswi kelas akhir hari ini adalah hari perpisahan kami dengan teman, guru, dan adik kelas kami. Hari ini sungguh berbeda dari hari biasanya, kami saling berpandangan dalam seakan ini hari terakhir kami bertemu, bercanda, dan bercengkrama.

Seragam baru yang kami pakai seakan menjadi saksi bisu keberadaan kami di sekolah ini. Ku lihat jarum jam yang terus berlari. Ku ingin menahan laju waktu sehingga ada cukup waktu untuk ku lebih lama disekolah ini namun apa daya itu tak mungkin aku lakukan.

Satu persatu temanku datang bersama orang tua masing-masing. Kami bertemu saling bertatapan dengan rasa bahagia bercampur haru, bahagia karena akan segera lulus dan haru karena akan segera berpisah. Beberapa teman sibuk saling mengambil gambar satu dengan lainnya, sementara sebagian yang lain hanya berbincang dan bercanda.

Jam menunjukkan pukul 07.30, jantungku semakin berdegub kencang. Guru waka kesiswaan mulai memberikan kode kepada kami untuk segera berkumpul. Kami berkumpul didepan gedung, berbaris rapi dan dengan hikmat mendengarkan briefing dari waka kesiswaan. Dua orang adik kelas kami dengan pakaian paskibraka berdiri didepan dengan membawa bendera merah putih dan bendera logo sekolah.

Tepat jam 08.00 acara dimulai, kami berjalan berurutan dibelakang adik kelas kami yang membawa bendera. Suasana begitu hening ketika kami memasuki gedung pertemuan tempat acara berlangsung. Semua mata tertuju pada kami barisan generasi penerus yang siap menerima tongkat estafet kepemimpinan kelak.

Setelah masuk dan menuju ke kursi masing-masing, kami segera duduk untuk mengikuti acara prosesi pelepasan dengan hikmat. Ketika acara dimulai semua alat komunikasi wajib disimpan tanpa terkecuali. Khusus bagi kami para siswa tidak diperbolehkan membawa alat komunikasi tersebut, sehingga mengikuti acara dari awal hingga akhir dengan hikmat.

Satu persatu runtutan acara sudah tertunaikan, tibalah sekarang waktunya prosesi wisuda. Namaku dipanggil, aku berdiri dari tempat dudukku kemudian kucari orang tuaku, kuhampiri beliau dan kucium tangannya sebagai tanda baktiku. Ku gandeng beliau kemudian kuajak menuju keatas panggung, diatas panggung sudah menanti ibu kepala sekolah beserta beberapa wali kelas dan guru. Ibu kepala sekolah mengalungkan Samir tanda aku telah lulus dan wali kelasku memberiku sebuah map yang berisikan ijazah serta sertifikat.

Kemudian orang tuaku turun dari panggung sementara aku tetap tinggal diatas untuk sesi perphotoan. Jantungku semakin berdegup kencang karena aku sadar ini adalah saat-saat akhir sebelum kami berpisah. Sesi perphotoan selesai aku bersama teman-teman kembali ketempat dudukku. Setelah itu aku dan seluruh siswa akhir kembali keatas panggung untuk memberikan persembahan terakhir kepada seluruh guru dan sekolah. Kami menyanyikan lagu bersama, kemudian ditengah lagu kami turun dengan membawa bunga untuk kami persembahkan kepada ibu bapak guru. Ini saat yang paling mengharukan, aku tak kuasa menahan linangan air mataku yang tanpa sengaja mengalir deras dari kelopak mataku. Kami teringat dengan segala tingkah laku kami dari sejak pertama kami datang hingga saat ini. aku meminta maaf kepada semua guru dan begitu juga teman-temanku yang lain, saat-saat itu benar-benar banjir air mata. Sungguh kenangan yang tak mudah untuk dilupakan

“terima kasih bapak dan ibu guruku, ma’afkan kami yang selalu membuatmu marah, jasamu tak akan pernah aku lupakan”.

Baca cerita anak lainnya ?