Thursday, February 4, 2016

CERITA PENDEK ANAK | 67 - GENERASI HEBAT

CERITA PENDEK ANAK - Hallo...sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah, senang sekali masih dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini saya persembahkan tulisan kiriman Yumna Nabila Adi yang berjudul 67 .

Karya ini masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 04 Februari 2016 dan Alhamdulillah telah lolos moderasi.Selamat membaca dan jangan lupa berikan apresiasi positif dengan berkomentar yang sopan dan membangun.

CERPEN ANAK- Cinderella si putri cantik dari negri dongeng saja bisa kehilangan gaun indahnya setelah lewat pukul 12 malam, apa lagi aku? Aku memang tidak kehilangan gaun nan indah seperti cinderella. Tapi aku seperti kehilangan masa-masa bahagiaku sekarang. Kalian pasti berfikir aku berlebihan. Tapi memang begitu kenyataannya.

Ya, 6 bulan sudah kulewati masa hampaku di sini. Di tempat yang ku pilih sendiri. Di tempat yang jauh dari kehangatan, canda tawa, keramah tamahan, dan keikhlasan. Tak ku sangka, ternyata

memang benar kalian adalah salah satu anugrah terindah dari tuhan. Nyatanya, tanpa kalian, aku merasa hampa. Merasa sepi dalam keramaian.

Tapi bukan aku menyesali takdir tuhan. Aku tetap bersyukur telah diberi tuhan kekuatan untuk kuat dan mampu menjalani masa-masa hampa ini. Satu lagi, tuhan telah memberiku pelajaran luar biasa tentang arti kasih sayang keluarga. Alhamdulillah, tuhan menempatkanku pada keluarga yang amat luar biasa. Keluarga yang insyaallah penuh kasih sayang.

Berubah. Satu kata yang kubenci namun sebenarnya harus ku lalui, harus ku akui, dan harus mulai kucintai. Salah satu hal yang menyakitkan adalah ketika kita ber-67 sedang didera rindu, sedang didera kelelahan, sedang butuh kehangatan.. bukannya kita saling memeluk, bukannya saling berbagi cerita, berbagi solusi. Malah saling berlalu dan acuh. Seperti tak pernah menjadi teman, seperti hanya sebatas kenal.

Sungguh, ku percaya itu bukan kalian. Bukan kalian 67 generasi hebat yang biasa ku kenal. Atau kah mungkin, aku sendirilah yang telah membuat perubahan itu? Ataukah aku yang telah membuat sekat sekat pembatas antara kita? Ataukah aku sendiri yang terlalu egois untuk tidak bisa menerima kenyataan?

Hidup ini bagai daun-daun yang berada di tangkai pohon. Daun-daun yang satu-persatu akan pergi menggugurkan diri dari tangkai yang telah membesarkannya. Namun, bukankah kita tak harus selalu gugur dalam artian jatuh. Gugur yang hanya mampu berserakan di tanah dan nampak kumuh. Gugur seperti daun-daun yang hanya menanti tukang sapu untuk disapu. Namun, gugurlah seperti daun-daun yang terpendam dalam tanah sekian waktu lamanya, yang akhirnya menjadi pupuk hijau yang bermanfaat bagi tumbuhan lain. Yang bisa menciptakan kehidupan baru untuk tumbuhan lain, yang bisa menguatkan akar untuk tumbuhan lain, yang bisa berfungsi sebagai unsur hara untuk proses fotosistesis tumbuhan, yang menghasilkan oksigen yang dihirup manusia. Yang akhirnya menjadi berharga walaupun telah “gugur”.

Tahukah kalian (kalian yang merupakan salah satu anugrah tuhan), ku ingin dekap kalian erat-erat. Ingin ku ikat kalian agar tidak lepas dan pergi. Namun apa daya, ku hanya bisa mendekap kalian dalam doa-doa yang selalu kupanjatkan pada ilahi, dalam setiap sujud di akhir sholatku, hingga suatu saat, ketika ku terjatuh, ada 66 tangan sukses yang menarikku untuk bangkit lagi.66 tangan yang dulu pernah berjuang bersama untuk menggapai sesercah indahnya masa depan.

Baca karya-karya lainnya ?

0 Comments:

Post a Comment