Friday, February 6, 2015

CERPEN ANAK | CAHAYA KEHIDUPAN ILMU

CERPEN ANAK - Hallo...sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah, senang sekali masih dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini saya persembahkan tulisan kiriman Alifia Najwa Adibah yang berjudul CAHAYA KEHIDUPAN ILMU

Karya ini masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 18 Maret 2015 dan Alhamdulillah telah lolos moderasi.Selamat membaca dan jangan lupa berikan apresiasi positif dengan berkomentar yang sopan dan membangun.

Namaku Sarita Novita Dewi. Aku tinggal di komplek Nusa Indah, Solo. Disana, aku mempunyai 2 sahabat yaitu Una dan Naila. Kami bertiga selalu bersekolah di sekolah yang sama. Saat ini, kami bersekolah di salah satu SDI di Solo, dan duduk di kelas 6. Di sekolah, kami bertiga selalu bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama. Tapi, selalu Naila yang mendapat peringkat pertama. Sedangkan aku dan Una hanya bisa di peringkat 2 dan 3.

Pada suatu hari, ada sebuah pengumuman di madding sekolahku. Akupun segera menuju ke mading untuk mengetahui isi pengumuman tersebut. Ternyata, disana sudah ada Una dan Naila. “Hai, Una! Apa isi pengumuman itu? Aku penasaran nih,” tanyaku pada Una. “Oh,ini. Ini pengumuman tentang seleksi untuk mendapatkan beasiswa sekolah lanjutan di Jepang,” jawab Una. “Iya, Sar. Disini nama kita bertiga tertulis untuk mengikuti seleksi,” kata Naila menambahi. “Wah, seru nih! Kita bertiga bisa belajar besama deh,” seruku girang. “Ide yang bagus. Ayo, kita belajar bersama! Supaya salah satu dari kita mendapatkan beasiswa itu,” seru Naila. Merekapun segera kembali ke kelas karena bel masuk berbunyi.

Sesampainya di kelas, mereka langsung duduk. Beberapa menit kemudian, bu Ratih, wali kelas 6 membawa beberapa amplop. Semua murid penasaran dan saling bertanya-tanya. “Assalamu’alaikum, anak-anak,” kata bu Ratih. “Wa’alaikum salam, bu Ratih,” jawab murid-murid serempak. “Bu, mau Tanya. Ibu kok membawa banyak amplop, memang mau dibuat apa?” Tanya Una kepada bu Ratih. “Oh, ya. Ibu hamper lupa. Kalian sudah baca pengumuman di mading kan?” Tanya bu Ratih. “Sudah, bu,” jawab murid-murid serempak. “Ini surat pemberitahuan untuk orang tua murid yang tadi namanya di tulis di pengumuman,” jelas bu Ratih. Setelah di jelaskan bu Ratih, semua murid sudah faham dan bu Ratih segera melanjutkan pelajaran yang di jeda istirahat.

Setelah 30 menit pelajaran berlangsung, akhirnya amplop yang di bawa bu Ratih tadi di bagikan, karena jam pelajaran bu Ratih sudah habis.

Beberapa hari telah berlalu, inilah saatnya seleksi itu dimulai. Aku, Una, dan Naila segera masuk ke rangan seleksi. Disana, sudah ada banyak orang baik peserta seleksi, orang tua, maupun panitia. Aku sudah tidak sabar mengerjakan soal, begitupun dengan Una dan Naila. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya seleksi dimulai. Seleksi berlangsung dengan tenang tanpa ada suara sedikitpun.

2 jam telah berlalu, seleksipun dihentikan. Semua kertas jawaban di kumpulkan oleh panitia seleksi. “Semua peserta di harapkan keluar dari ruangan seleksi, karena ruangan akan dipakai untuk mengkoreksi jawaban para peserta. Terima kasih,” kata panitia melalui pengeras suara. Akudan kedua sahabatkupun segera keluar dari ruangan dan akan menuju ke taman untuk berbincang-bincang. “Bagaimana, ya hasil seleksinya? Aku deg-degan banget,nih,” kata Naila. “Iya, ya. Aku juga deg-degan” kataku kepada Naila.

Di tengah-tengah perbincangan antara kami bertiga, tiba-tiba terdengar  suara pengumuman dari pengeras suara. “Hadirin sekalian, inilah saat yang kita tunggu-tunggu yaitu pengumuman hasil seleksi beasiswa sekolah ke Jepang. Dan pemenangnya ialah………. Sarita Novita Dewi dengan perolehan nilai 149,” seru panitia yang memberi pengumuman. “Wah, kamu menang, Sar!” seru Una. “Kamu hebat ya, Sar. Bisa ngalahin 200 peserta,” puji Naila. “Makasih ya teman-teman. Ini juga berkat do’a kalian dan yang paling terpenting berusaha” kataku terharu. “Bukan itu saja, Sar. Itu juga berkat ‘Cahaya Kehidupan Ilmu’ Berkat cahayanya kamu bisa begini. Tanpa ilmu, pasti kamu tidak akan bisa begini,” jelas Una. “Betul juga katamu, Un,” kataku terharu. “ Ilmu, engkaulah cahaya kehidupanku,” Seru kami serempak.

Baca karya-karya lainnya ?

0 Comments:

Post a Comment