Saturday, January 3, 2015

CERPEN ANAK | MAYLA, ANZANA dan Kelas Seni Mr.SAMMER

CERPEN ANAK | MAYLA, ANZANA dan Kelas Seni Mr.SAMMER - Hallo...sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah, senang sekali masih dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini saya persembahkan tulisan kiriman Anggun Fadhila Rizqia yang berjudul MAYLA, ANZANA DAN KELAS SENI MR.SAMMER

Karya ini masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 03 Januari 2015 dan Alhamdulillah telah lolos moderasi.Selamat membaca dan jangan lupa berikan apresiasi positif dengan berkomentar yang sopan dan membangun.

Mayla sudah mengikuti kelas seni Mr. Sammers sepanjang tahun ini. Beberapa karyanya bagus dan Mr. Sammers memberinya nilai A untuk tugas membuat sampul buku anak. Ia mendapat B+ untuk tugas membuat kolase. Perlu waktu sedikit lebih lama baginya untuk menangkap gagasan tentang kolase itu, saat ia menyadari bahwa bisa apa saja, waktu yang tersedia sudah tidak cukup untuk membayangkan sesuatu yang spektakuler.

Anzana duduk berseberangan dengan Mayla di kelas. Ia masuk kelas Mr. Sammers agak belakangan tahun itu. Keluarganya berasal dari Eropa Timur, namun ia tidak begitu fasih berbahasa Inggris. Sebagian nilainya sangat bagus, tapi setiap jam kelas seni, dia jarang masuk. Waktu jam kelas seni, Mr. Sammers tidak berangkat, karena anak beliau sedang sakit. Namun Mayla, Anzana dan semua temannya masih tetap di kasih tugas kolase.Seminggu setelah membuat kolase, nilai karya mereka diumumkan. Mayla mendapat nilai B, tapi Anzana mendapat nilai A. Mayla merasa sangat marah.

"Bagaimana mungkin ini terjadi ?"

Memang Anzana sangat bagus dalam kelas seni, tapi dia sering tidak masuk di jam kelas seni. Mayla merasa ini sangat tidak adil. Lalu Mayla menemui Mr. Sammers.

“Menurut saya, tidak adil memberikan nilai A pada Anzana untuk tugas ini. Dia lebih sering absen, “kata Mayla.

“Anzana sangat bagus dalam kelas seni, Mayla,” sahut Mr. Sammers.

“Memangnya kenapa Mayla,” kata Mr. Sammers.

“Tidak ada apa-apa, saya cuma ingin menyampaikan bahwa menurut saya itu tidak adil,” sahut Mayla.

Lalu ia mengambil portofolionya dan keluar dari dalam kelas.Ia berjalan melewati kantin. Sekonyong-konyong ia berbalik dan memasukkan portofolionya ke tong sampah di dekat kantin.

“Aku, benci kelas seni, Mr. Sammers sangat pilih kasih kepada Anzana,” kata Mayla sambil menangis.

Baca juga cerpen-cerpen lainnya ?

0 Comments:

Post a Comment