Halo, sahabat kumpulan tulisan 25 yang dirahmati Allah! Saya senang dapat menyapa sahabat-sahabat semua. Kali ini, saya ingin mempersembahkan sebuah cerpen yang dikirimkan oleh Tiara Bella R yang berjudul "Dibayar dengan Senyuman".
Karya ini telah masuk ke meja redaksi kami pada tanggal 03 Januari 2015 dan berhasil lolos moderasi. Selamat membaca, dan jangan lupa memberikan apresiasi positif melalui komentar yang sopan dan membangun. Di akhir cerpen ini, teman-teman juga dapat membaca analisis unsur intrinsik dari cerpen ini.
Di suatu senja yang agak mendung, terdapat seorang anak gelandangan yang datang ke sebuah pasar. Anak tersebut mencari tempat untuk berteduh dan beristirahat. Setelah mencari kesana-kemari, ia menemukan sebuah tempat yang cukup nyaman untuk beristirahat sejenak dan melepas kelelahan. Ia pun tertidur di sana dengan nyenyak, tanpa memperhatikan sekelilingnya hingga pagi menjelang.
Pagi hari pun tiba. Pasar mulai ramai dengan kedatangan para pedagang yang bersiap-siap menjual dagangan mereka. Salah satu pedagang buah tidak terlalu ramah dalam berinteraksi. Ia menunggu pembeli sejak pagi hingga sore, namun tidak ada seorang pun yang membeli dagangannya. Akhirnya, pedagang tersebut memutuskan untuk pulang tanpa mendapatkan uang dari hasil penjualannya.
Saat dalam perjalanan pulang, salah satu buah apel milik pedagang itu jatuh. Anak gelandangan tersebut terbangun dari tidurnya dan melihat apel yang jatuh tersebut. Ia mengambil apel itu dengan cepat, lalu memakannya dengan lahap karena merasa lapar. Setelah itu, ia kembali tidur karena sudah mulai malam. Pagi hari tiba, anak itu bangun dari tidurnya dan segera mencari pedagang buah di pasar yang kehilangan apelnya kemarin dan dimakan oleh anak tersebut. Ia mencari pedagang tersebut melalui los-los pasar, dan akhirnya menemukannya. Anak itu berkata,
"Maaf pak, karena saya telah mengambil apel bapak, saya ingin membayarnya."
"Mana uangmu?" tanya pedagang itu. Anak tersebut menjawab dengan rasa takut,
"Maaf pak, saya tidak memiliki uang," kata anak itu.
"Kalau begitu pergilah!" bentak pedagang buah dengan marahnya. Namun anak tersebut tidak ingin pergi,
"Pak, saya ingin membayarnya dengan senyuman," kata anak itu lagi.
"Apa! Dibayar dengan senyuman? Saya tidak mau! Pergilah saja! Kamu aneh, terserahlah, pergi!" timpal pedagang buah itu.
Si anak gelandangan pun berdiri tidak jauh dari tempat si pedagang buah berjualan. Ia berdiri sambil tersenyum kepada setiap orang yang ditemui. Kemudian banyak orang yang bertanya kepada anak itu, "Kenapa kamu tersenyum?" tanya mereka dengan heran.
"Karena saya sangat bahagia, hari ini cuaca sangat cerah, matahari bersinar dan siang yang panas ini lebih segar dan lebih enak sambil makan buah-buahan," jawab anak itu dengan tenang.
Melihat tanggapan anak itu, orang-orang di sekitar pedagang buah mulai berpikir dan setuju dengan apa yang dikatakan anak itu. Tanpa disangka, mereka mulai membeli buah-buahan dari pedagang tersebut. Tak terasa, hari sudah sore. Pedagang buah baru menyadari bahwa buah-buah yang dijualnya hanya tinggal beberapa saja.
"Ini semua berkat anak itu," pikirnya.
Setelah menutup dagangannya, ia mencari anak miskin tadi, tetapi ia tidak bisa menemukannya di tengah kerumunan pembeli. Pedagang itu berkeliling pasar untuk berterima kasih kepada anak tersebut dan memberikan buah-buahan yang tersisa sebagai ungkapan terima kasih.
Akhirnya, di sudut pertokoan, pedagang tersebut menemukan anak itu sambil memegang perutnya yang sakit karena lapar. Pedagang itu mendekati anak miskin tersebut dan memberikan buah-buahan yang tersisa sebagai rasa terima kasih. Kemudian, ia mengajak anak itu pulang ke rumahnya dan mengangkatnya sebagai anak angkat. Anak itu telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga bagi pedagang buah tersebut.
IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK
Unsur-unsur penyusun cerpen dari dalam disebut unsur instrinsik, di antaranya adalah judul, tema, tokoh/penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat.
Berikut ini akan saya ulas hasil analisis dari cerpen berjudul "Dibayar dengan Senyuman" beserta alasan di setiap unsur tersebut:
Judul Cerpen:
Dibayar dengan Senyuman
Tema:
Tema cerpen ini adalah tentang menghapus perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Alasan: Kisah dalam cerpen ini menggambarkan bagaimana tindakan baik seorang anak gelandangan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, termasuk pedagang buah yang awalnya tidak ramah.
Tokoh/Penokohan:
- Anak Gelandangan: Anak tersebut memiliki tubuh kecil, kurus, dan tidak terurus, namun memiliki hati yang mulia.
- Pedagang Buah: Pedagang tersebut cenderung marah-marah dan kurang ramah dalam berinteraksi. Alasan: Deskripsi tokoh-tokoh dalam cerpen ini memberikan gambaran tentang sifat dan peran mereka dalam cerita.
Latar:
- Waktu: Tidak ditentukan (Suatu senja yang agak mendung)
- Tempat: Pasar
Alasan: Penyebutan waktu dan tempat dalam cerpen ini memberikan konteks bagi pembaca tentang tempat dan suasana cerita.
Alur:
Cerpen ini mengikuti alur maju, dimana cerita berlangsung secara kronologis dari awal hingga akhir.
Alasan: Cerita disusun secara berurutan dan mengikuti perkembangan waktu yang logis, mulai dari kedatangan anak gelandangan di pasar, interaksi dengan pedagang buah, hingga akhir cerita dengan pengangkatan anak gelandangan sebagai anak angkat.
Sudut Pandang:
Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga pengamat. Penulis menceritakan cerita dari sudut pandang yang melibatkan semua tokoh dalam cerita.
Alasan: Sudut pandang ini memungkinkan penulis untuk menggambarkan interaksi antara anak gelandangan, pedagang buah, dan orang-orang di sekitarnya.
Amanat:
Amanat cerpen ini adalah bahwa setiap tindakan baik memiliki dampak yang dapat merubah sikap dan pandangan orang lain.
Alasan: Kisah dalam cerpen ini mengajarkan kepada pembaca untuk tidak meremehkan kebaikan, sekecil apapun usaha seseorang dalam berbuat baik, karena itu bisa memiliki pengaruh yang positif bagi orang lain.
0 Comments:
Post a Comment