HANTU GANTUNG DIRI

Suatu kali, Firman mendapatkan undangan dari sahabatnya Wildan. Diapun pergi ke Kota tempat Wildan tinggal. Sesampainya disana ia disambut hangat oleh temannya. Setelah beristirahat sebentar kemudian mereka berbincang-bincang. Saat ltu sedang musin panas. Udara hari itu sedikit panas. Maka Wildan mengajak Firman ke beranda depan. Di sana ruangannya luas. Angin bertiup semilir dari sistem ventilasi alam yang bagus.

Mereka berbincang akrab. Wildan menceritakan maksud dan tujuannya mengundang Firman untuk datang ke rumahnya.

“Firman, sebelumnya aku minta ma’af karena sudah merepotkanmu untuk datang kemari.”

“ah…, kamu seperti sama siapa aja, kita kan sudah bersahabat sudah lama, tak perlu sungkan.”

“aku baru pindah kesini setahun yang lalu, semua terlihat biasa saja, namun suatu malam aku dikejutkan oleh tangis seorang perempuan, aku mengira itu tangis tetangga sebelah rumah, tetapi keesokan harinya aku tidak menemukan perempuan disekitarku, karena disini adalah komplek kos-kosan pria. Ada beberapa perempuan yang datang ke komplek ini, namun hanya pagi hari itupun cuma sebentar untuk bersih-bersih. Malam berikutnya tangis perempuan itu datang lagi, dan begitu pula yang terjadi pada malam-malam berikutnya. Terkadang perempuan itu tidak hanya menangis tapi juga bernyanyi, mengelilingi rumah sambil menyapu, mengerjakan sesuatu didapur, dan segala macam pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga.”

“trus kenapa kamu mengundangku?”

“kamu kan pernah punya pengalaman mengusir hantu, ayolah bantu aku mengusir hantu itu.”

“ah…kamu bisa aja.”

Tak terasa senja mulai turun. Hari pun mulai gelap. Wildan menunjukkan sebuah kamar dimana ia biasa mendengar suara tangisan perempuan.

“Di kamar ini tangisan perempuan itu biasa aku dengar.” Kata Wildan sambil menunjukkan pintu kamar.

“aku akan tidur disini malam ini.” Kata Firman.

“kamu serius?” kata Wildan.

“serius lah.”

Wildan segera mencari kunci kemudian membuka kamar itu. Ia hendak menyiapkan ranjang bagi Firman di ruangan tersebut. Namun Firman berkata, “Tak usah repot-repot. Biar aku tidur disini seadanya saja. Tidur dengan tikar saja tentu nyaman.” Wildan menjawab, “baiklah, jika itu maumu, aku ada didepan jika kau butuh sesuatu.” Firman mengangguk tanda mengerti.

Hari mulai gelap, setelah membersihkan badan Firman mengganti baju di kamar dan tiba-tiba…

“tok…tok…tok…” pintu kamar ada yang mengetuk.

“ya, sebentar aku sedang ganti baju.” Jawab Firman.

“tok…tok…tok…” pintu kamar diketuk lagi.

“aduh…ngak sabaran sih, sebentar!” teriak Firman.

“tok…tok…tok…” pintu kamar diketuk lagi.

“ada apa sih…!?” teriak Firman sambil membuka pintu, tapi dia tidak menemukan seorangpun didepan pintu. Firman keluar dari kamar, memanggil-manggil Wildan, tapi si empunya nama tak juga kelihatan.

“tok…tok…tok…” suara pintu diketuk lagi, namun kali ini pintu depan rumah yang diketuk, kemudian pindah ke pintu samping, pintu belakang. Firman memperhatikan ke sekeliling, matanya tajam memperhatikan, jantungnya mulai kencang berdetak, nafasnya terengah-engah, tiba-tiba kunci pintu depan seperti ada yang membuka. Firman mengambil sebatang kayu mendekati pintu dengan posisi siap untuk memukul, pintu perlahan terbuka, Firman mengayunkan kayunya dan…

“Firman..!!!, ini aku.”

“oh…hampir saja.” Kata Firman sambil terengah-engah.

“apa yang terjadi kawan?”

“tadi ada yang ketok-ketok pintu tapi ketika aku buka tak ada orang, aku kira dirimu tapi ternyata bukan.”

“aku keluar sebentar untuk mencari makan malam untuk kita.”

“ah…sudahlah kita makan dulu, aku sudah lapar nih.” kata Firman.

Setelah makan, mereka kembali berbincang di beranda depan. Wildan berbicara banyak tentang yang dialaminya selama menempati rumah itu. Firman mulai merangkai peristiwa demi peristiwa dalam cerita yang dialami temannya. “Baiklah aku sedikit bisa menyimpulkan dari peristiwa-peristiwa yang engkau alami, karena malam sudah semakin gelap sebaiknya kita istirahat dulu, besok kita lanjutkan lagi, OK!”

"Baiklah, kalau begitu. Aku ada dikamar depan kalau butuh apa-apa, lekas-lekaslah kau lari keluar, dan masuk ke kamarku..." pesan Wildan, lalu meninggalkan Firman.

Firman memasuki kamarnya, ia mulai merebahkan badan. Firman merasakan angin semilir sejuk. sejenak ia terlena. Tengah malam ia terbangun. Firasatnya mengatakan ada sesuatu di dalam kamar itu. Firman membuka mata lebar-Iebar. Nampak sesuatu setipis kertas menyelinap masuk lewat celah pintu. Firman waspada. Bola matanya bergerak mengikuti gerak-gerik benda mencurigakan itu. Tapi posisi tubuhnya tidak berubah. Benda sebesar secarik kertas itu kini berada di dalam ruangan. Perlahan-Iahan membesar, membentuk sosok seorang manusia. Seorang wanita muda. Pakaiannya mirip seorang pembantu, wajahnya pucat, matanya melotot dan lidahnya menjulur keluar. Dilehernya tampak bekas lilitan tali.

Firman tidak takut, ia malah menantang hantu itu, “hai…hantu jelek, pergi dari sini dan jangan ganggu penghuni rumah ini.”

Hantu perempuan itu menangis sambil berkata,”tolong aku…, tangkap orang yang telah membunuhku…!, setelah itu aku akan pergi dari sini dan tidak akan mengganggu penghuni rumah ini lagi.”

Firman bangun dan kemudian duduk bersila, “apa maksudmu? Aku baru saja datang disini, aku tidak tahu masalahmu.” kata Firman.

“aku dulu pembantu dirumah ini, aku baru sebulan bekerja, tuanku menaruh hati padaku, kemudian suatu malam dia mencoba menodaiku, namun aku berontak, sehingga ia mencekikku sampai aku meninggal, dia menggantungku supaya orang mengira aku bunuh diri.” Firman tersenyum, lalu ia berkata, “baiklah, tapi setelah itu kamu harus pergi dari rumah ini dan jangan ganggu lagi penghuni disini.”

“baiklah”

Si hantu kembali menjadi asap dan lenyap dari kamar tersebut. Keesokan harinya Firman menceritakan apa yang terjadi semalam. Mereka segera melapor kepolisi. Polisipun bergerak cepat dan akhirnya pelakupun dapat ditangkap dan mendapatkan ganjaran perbuatannya.

Setelah itu, hantu perempuan yang tewas menggantung diri tidak lagi datang. Kamar itu bisa didiami pada malam hari. oleh siapa saja. tanpa mendapat gangguan. Firman teringat pada sebuah nasihat kuno. “Orang yang merasa takut. hatinya akan kacau dan keberaniannya hilang. Jadi hantu akan dengan mudah mendapatkan jiwanya. Sebaliknya. seorang pemberani akan berpikir jernih dan hatinya selalu gembira. Maka setan sejahat apapun bisa menyingkirkannya.”

Demikianlah cerita pendek MISTERI dengan judul HANTU GANTUNG DIRI semoga bermanfaat.